Rabu, 04 Juni 2014

PERLUASAN WILAYAH DI AMERIKA





PERLUASAN WILAYAH DI AMERIKA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampuh Dr. Suranto

Makalah

Oleh:
NUR MA’RIFA        120210302087
KELAS B


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Perluasan Wilayah di Amerika” dengan tepat waktu. Yang mana penulisan makalah ini saya gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Amerika.
Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. Suranto selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Amerika. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada saya dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga saya selaku penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya akan saya gunakan sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.


Jember,   April 2014

                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL                                                                                    i
KATA PENGANTAR                                                                                 ii
DAFTAR ISI                                                                                                 iii
BAB 1. PENDAHULUAN                                                                           1
1.1     Latar Belakang                                                                          1
1.2     Rumusan Masalah                                                                     2
1.3     Tujuan                                                                                        3
BAB 2. PEMBAHASAN                                                                              4
2.1     Pelaksanaan Diplomasi dan Perluasan Wilayah
Amerika Serikat pada abad ke-19                                            4
2.2     Pelaksanaan Diplomasi John Quincy Adams dan
Aneksasi Florida                                                                        6
2.3     Strategi Doktrin Monroe                                                           10
2.4     Pelaksanaan Aneksasi Texas                                                 14
BAB 3. SIMPULAN                                                                                 16
3.1 Kesimpulan                                                                              16
DAFTAR PUSTAKA                                                                              18




BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Diantara dua perang besar yaitu Perang Saudara dan Perang Dunia I menjadikan Amerika negara yang dewasa. Daerah perbatasan menghilang, pabrik-pabrik yang besar, jaringan kereta api yang membentang sepanjang benua, kota-kota mekar dan tanah-tanah pertanian luas menandai seluruh negara. Bersama mereka timbul pula keburukan, terjadi monopoli perdagangan, kondisi kerja memburuk, kurang memerhatikan pemerintahan yang layak, dan produksi pabrik yang terkadang melebihi konsumsi nyata.
Sejak tahun 1776 sampai sekarang bangsa Amerika selalu berusaha untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya melalui upaya-upaya diplomatik untuk membentuk imperium besar yang berkuasa dan berpengaruh atas bangsa-bangsa lain di dunia. Pada awal abad ke-19 mereka telah mampu membangun sebuah imperium kontinental yang besar. Mereka telah mengembangkan imperium perdagangan di seluruh dunia, menggantikan posisi Portugal, Spanyol, Belanda dan Inggris. Pada akhir abad ke-20 ini bangsa Amerika dianggap bangsa yang berpengaruh atas bangsa-bangsa di dunia, baik secara politik, ekonomi, militer dan budaya.
Sejak berakhiraya perang dingin (cold-war) dan tumbangnya Uni Soviet pada awal tahun 1990-an, tidak diragukan lagi bahwa Amerika Serikat merupakan sebuah imperium yang sangat besar yang tidak memiliki tandingan di dunia. Sejarah perluasan wilayah Amerika Serikat selama kurang lebih dua ratus tahun dan tiga belas negara koloni sepanjang pantai timur Atlantik menjadi sebuah negara adidaya (superpower) pada abad ke-20 merupakan sebuah sejarah yang digambarkan oleh Gardner dkk (1973) sebagai "the most increadible secular story in human history" atau kisah yang sangat menakjubkan dalam sejarah umat manusia.
Posisi terakhir Amerika Serikat sebagai sebuah superpower bukan dicapai secara tiba-tiba melainkan sebagai hasil dan proses yang panjang sejak Revolusi Amerika 1776 yang antara lain diperoleh melalui upaya-upaya diplomatik. Sebagian besar kesulitan yang paling berat semenjak Revolusi mulai lenyap, persatuan nasional telah membawa keseimbangan antara kebebasan dan katertiban. Dengan hutang nasional yang tinggal sedikit, benua perawan yang menunggu di garap prospek perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan sosial membentang dihadapan mata.
Keterlibatannya dalam Perang Dunia I dan Perang Dunia II menunjukkan bahwa AS ingin berperan dalam percaturan internasional. Demikian juga dengan tampilnya AS sebagai pemenang PD II dan menjadi pemimpin negara-negara Blok Barat memperlihatkan bahwa AS telah menjadi negara yang amat berkuasa dan berpengaruh atas negara-negara lainnya di dunia.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat menemukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1)      Bagaimanakah Pelaksanaan Diplomasi dan Perluasan Wilayah di Amerika Serikat Pada Abad ke-19?
2)      Bagaimanakah Pelaksanaan Diplomasi John Quincy Adams dan Aneksasi di Florida?
3)      Apakah Yang Dimaksud dengan Aneksasi Menroe?
4)      Bagaimanakah Pelaksanaan Aneksasi Texas?


1.3  Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas penulis dapat mengemukakan beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain:
1)      Dapat Mengetahui Bagaimanakah Pelaksanaan Diplomasi dan Perluasan Wilayah di Amerika Serikat Pada Abad ke-19.
2)      Dapat Mengetahui Pelaksanaan Diplomasi John Quincy Adams dan Aneksasi Florida.
3)      Dapat Memahami Apa yang Maksud Dengan Strategi Doktrin Menroe.
4)      Dapat Memahami Bagaimanakah Pelaksanaan Aneksasi Texas.











BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pelaksanaan Diplomasi dan Perluasan Wilayah Amerika Serikat pada abad ke-19
Sejarah diplomasi Amerika Serikat pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19 ditandai dengan ekspansi wilayah ke bagian barat dan selatan. Kegiatan ekspansi Amerika Serikat tersebut berhadapan dengan negara imperialis Eropa seperti Inggris,  Perancis, dan Spanyol. Dengan demikian, upaya diplomatik untuk menjaga dan memperluas wilayah teritorial dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap imperium-imperium tersebut, baik secara damai maupun yang didukung oleh kekuatan militer.
Perluasan wilayah sebenarnya telah dilakukan pada jaman kolonial. Pada jaman tersebut para pionir Amerika menjelajah ke arah barat untuk membuka lahan-lahan  baru hingga ke pengunungan Appalachian. Setelah memperoieh kedaulatan tahun 1776, penjelajahan ke arah barat memperoleh percepatan karena didukung oleh negara-negara bagian di wilayah timur. seperti Inggeris, Perancis dan Spanyol. Negara-negara bagian di wilayah timur yang mengklaim wilayah dari pantai Atlantik sampai Sungai Mississippi harus berhadapan dengan orang-orang Indian yang didukung oleh kekuatan imperialis barat.
Untuk mengatasi hal tersebut pada tahun 1794 komisi khusus yang dipimpin oleh John Kay berhasil menandatangani perjanjian dengan Inggris. Dalam perjanjian tersebut Inggris sepakat untuk tidak lagi mendukung orang-orang Indian di wilayah barat daya. Perjanjian itu juga ditandatangani oleh Spanyol yang memungkinkan Amerika Serikat memperluas wilayahnya ke wilayah barat laut. Kejadian-kejadian dalam sejarah Eropa dan kawasan Karibia berpengaruh terhadap upaya diplomatik Amerika Serikat dalam perluasan wilayahnya.
Pada tahun 1800 Spanyol menyerahkan wilayah Lousiana, suatu kawasan antara Sungai Missisippi dan Pegunungan Rocky kepada Perancis. Napoleon Bonaparte, penguasa Perancis yang telah berhasi menguasai Spanyol di Eropa, bermaksud menggunakan wilayah Louisiana sebagai jalan untuk menjadikan Perancis sebagai kekuatan imperium di Amerika. Namun demikian, sebuah revolusi yang digerakkan oleh orang-orang kulit hitam di kepulauan Hispaniola (sekarang Haiti dan Santa Dominggo) merusak rencana Napoleon Revolusi yang dipimpin oleh Toussaint L'Ouverture dan didukung oleh 500.000 budak kulit hitam Haiti hampir berhasil memaksa 40.000 orang kulit putih pemilik budak untuk membebaskan perbudakan di Haiti.
Napoleon segera mengirimkan pasukannya untuk meredam gerakan revolusi serta menduduki wilayah New Orleans dan menguasai wilayah Louisnana. Presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson, yang melihat kemungkinan semakin kuatnya ancaman Perancis bila tetap menguasai Lousiana, mengutus Jams Monroe ke Paris dan mendesak duta besar (dubes) Amerika di Paris, Robert Livingstone, untuk berunding mengenai kemungkinan membeli wilayah Louisiana dari Perancis. Melihat kemungkinan semakin kuatnya dominasi imperialis Eropa, di Amerika, pemerintah Amerika Serikat, dibawah presiden Thomas Jefferson, berusaha untuk memperoleh wilayah Louisina dengan berbagai cara.
Hal tersebut dilakukan sebab Inggeris yang sedang bersaing dengan Perancis, berusaha memperoieh wilayah yang sangat kaya dengan sumber daya alam tersebut. Ketika Robert Livingstone," yang secara intensif melakukan upaya diplomatik, bertemu dengan menteri luar negeri Perancis, Talleyrand, sebuah tawaran menarik diberikan oleh menlu Perancis. Perancis  yang sedang berhadapan  dengan  Inggris,  baik  di  Eropa dan  Amerika,  lebih  suka menyerahkan Louisiana kepada Amerika Serikat daripada kepada Inggeris dan sepakat dengan harga 12 juta dollar atas wilayah pertanian yang sangat kaya tersebut.
Setelah memperoleh wilayah Lousiana, Amerika Serikat dihadapkan dengan ancaman Inggris yang menguasai Canada. Amerika Serikat membenci Inggris karena dianggap sebagai saingan terberat dalam perdagangan di kawasan Atlantik dan memonopoli barang-barang dagangan di kawasan itu. Persaingan dengan Inggris mendorong Amerika melakukannya pertimbangan diplomatik melalui peperangan dengan Negara Eropa. Sikap netral Amerika Serikat terhadap masalah perdagangan luar negeri dengan negara-negara Eropa tidak sepenuhnya bisa diterapkan ketika negara  tersebut  memiliki  kepentingan  lain  di  daratan.
Sikap  tersebut diterapkan oleh Presiden James Madison ketika berhadapan dengan Inggris. Perang War Hawks pada tahun 1812 mengakhiri masalah Indian serta memberi jalan kepada para pioner-pioner Amerika untuk membuka lahan yang lebih luas di bagian barat. Perang tersebut diakhiri dalam Perjanjian Ghent di Belgia tahun 1814 berkat campur tangan Tsar Rusia yang sedang berusaha mendekati Inggris dalam mengakhiri perang dengan Napoleon Bonaparte.
Dalam perjanjian tersebut Amerika dan Inggris sepakat untuk menjaga Great Lakes sebagai kawasan bebas militer, kebebasan bagi nelayan Amerika, Inggeris dan Canada untuk menangkap ikan di New Foundland dan Labrador serta persetujuan mengenai perbatasan baru antara Amerika Serikat dan Canada, dan dijadikannya kawasan Oregon sebgai daerah terbuka bagi orang Inggeris dan Amerika. Perjanjian dengan Inggris tersebut menjadikan politik diplomasi Amerika Serikat lebih berorientasi ke dalam dalam upaya merebut Florida serta menyatukan wilayah hingga ke Pantai Pasifik.

2.2 Pelaksanaan Diplomasi John Quincy Adams dan Aneksasi Florida
John Quincy Adams merupakan menteri luar negeri Amerika Serikat terpopuler. Politik luar negerinya menunjukkan semangat kesatuan nasional Amerika Serikat. Sebagai menlu di bawah Presiden baru, James Monroe (1817-1825) dan anak presiden AS kedua, Adams berusaha mengimplementasikan sentimen kesatuan nasional dalam politik luar negerinya yang independen. Aneksasi Florida dari Spanyol tercapai berkat kepiawaianya. Dia mampu memadukan kebijaksanan luar negeri dengan kebijaksanaan dalam negeri. Pengalaman diplomasi di Paris, Ghent, St Peterburg, Negeri Belanda dan Prusia dan penguasaan enam bahasa serta pemahaman mengenai karya- karya klasik Barat menjadikannya sebagai diplomat ulung.
Sebagai penganut ajaran Calvin, dia percaya bahwa perluasan imperium Amerika tak dapat dihindari dan sangat penting untuk diperjuangkan. Sebagai diplomat ulung Adams memiliki pandangan yang tajam mengenai gerak-gerik Inggris di benua Amerika. Pada tahun 1817 dia meyakini bahwa Inggris lebih merupakan ancaman terhadap Amerika Serikat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Mereka membenci imperium Spanyol yang bersifat diskriminatif terhadap barang- barang kedua negara. Mereka juga tidak menyukai Perancis yang agresor. Terbentuknya "Holy Alliance" yang beranggotakan para monarki Eropa yang dipimpin oleh Rusia dan berusaha mempertahankan pemerintahan monarki di Eropa dan Amerika Latin merupakan ancaman bagi kepentingan Amerika Serikat dan Inggris.
Adams tidak percaya begitu saja dengan Inggris yang memiliki kepentingan yang sama dalam menghadapi negara-negara Eropa lain. Selama tiga tahun kemudian, Adams mengkaji kembali hubungannya dengan Ingggris menyangkut konflik mengenai Great Lakes mengenai perbatasan dengan Canada di sebelah barat, masalah perikanan dan status Oregon. Untuk mencegah ambisi Inggris di Amerika Latin, Adams menjalin hubungan erat dengan Tsar Alexander dari Rusia, sahabat yang dikenalnya dengan baik ketika dia menjadi dubes di St Peterburg. Aliansi tersebut merupakan sarana yang baik untuk mencegah ambisi Inggris di Amerika Serikat dan Amerika Latin.
Untuk menghancurkan kepentingan Inggris di benua Amerika Adams melalukan upaya diplomatik serta penetrasi militer terhadap pelabuhan-pelabuhan dagang di West Indies yang dimiliki Inggris. Melalui upaya diplomatik yang gencar serta dukungan para pedagang Amerika maka Inggris membuka pelabuhan-pelabuhannya di daerah koloninya itu. Keberhasilan tersebut merupakan langkah awal bagi upaya menghancurkan imperium Inggris di benua Amerika serta upaya penghancuran  imperium kolonial di benua tersebut. Adams yakin bahwa Revolusi Amerika pertanda awal akhir dari kolonialisme Eropa di Amerika serta membangun imperium Amerika Serikat yang berkuasa di daratan dan di lautan.
Untuk menyatukan seluruh kontinen Amerika Utara dibawah Amerika Serikat, Adams harus mendekati imperium Eropa. Florida Barat diperoleh Amerika Serikat lewat Perjanjian Ghent tahun 1812. Pesiden Amerika Serikat, James Monroe mengutus Jenderal Andrew Jackson untuk menghentikan serangan orang-orang Indian atas permukiman orang-orang Amerika serta untuk menduduki semua pelabuhan Spanyol. Dalam Perang Seminole tahun 1817 antara pasukan Amerika Serikat dengan orang-orang Indian, Jackson melakukan ekspansi ke daerah pendudukan Spanyol untuk menangkap pasukan penjaga Spanyol serta orang Inggris yang menghasut orang-orang Indian.
Tindakan tersebut menimbulkan protes dari Spanyol dengan menuduh bahwa Jackson menyerang pemukim-pemukim warga sipil Spanyol dan Inggris di Florida. Spanyol mengusulkan kepada Presiden Monroe agar Jackson ditarik dari kawasan itu. Usulan tersebut diterima Kabinet Monroe, kecuali Menlu Adams yang membela tindakan Jackson dengan mengatakan bahwa Spanyol tidak mampu memelihara stabilitas sosial di Florida. Dalam menghadapi tindakan agresi Amerika, Spanyol meminta bantuan Inggris. Namun, Inggris menolak untuk ikut campur. Inggris melihat bahwa perpecahan imperium Spanyol di Amerika dapat membuka jalan bagi pedagang-pedagang Inggris.
Adams memanfaatkan kenetralan Inggris untuk merebut seluruh wilayah Florida serta Texas. Pada bulan Februari 1819 menlu Spanyol, Onis sepakat untuk menandatangani perjanjian dengan Adams yang berisi: penyerahan Florida Timur kepada AS; pengakuan atas kedudukan AS di Florida Barat, membatalkan klaimnya atas Oregon serta jalur pelayaran menuju Sungai Mississippi kepada AS; serta perbatasan bam sepanjang 42 derajat lintang utara sampai Sungai Sabine, Red and Arkansas hingga ke Pasifik. Sebaliknya AS harus melapaskan tuntutannya atas Texas dan membayar lima juta dollar yang diklaim warga AS atas Spanyol. Penyerahan Florida oleh Spanyol tersebut antara lain untuk melindungi kepentingannya yang lebih luas di Mexico.
Perjanjian yang disebut Transkontinental Treaty merupakan salah satu kemenangan diplomatik Adams yang terbesar dalam karir diplomatiknya. Bagi Amerika Serikat, perjanjian tersebut merupakan jalan pembuka yang lebih luas ke arah Pasifik dan Amerika Latin terutama untuk kepentingan dagang dalam rangka menghadapi pembatasan-pembatasan dagang yang dilakukan oleh Inggris di kawasan tersebut. Ketika terjadi gerakan revolusi di negara-negara Amerika Latin terhadap imperium Spanyol dan Portugal sikap menlu AS, John Quincy Adams mendua. Pada tahun 1821, dia menganggap kawasan tersebut penting untuk  perekonomi. Sebaliknya dia tidak bersedia membantu gerakan revolusioner negara-negara tersebut terhadap kekuatan imperialis Eropa. Dia menganggap  bahwa penghargaan orang-orang AS terhadap hak-hak sipil dan kemerdekaan politik di AS tidak bisa diterapkan terhadap Amerika Latin. Adams merasa ragu dengan negara-negara Katholik Amerika Latin mengenai pengakuan hak-hak sipil. Meskipun dia yakin bahwa gerakan revolusioner di Amerika Latin bertujuan menghancurkan kolonialisme di kawasan tersebut yang juga diinginkan oleh Adams, AS tidak bisa melibatkan diri membantu gerakan tersebut.
Sikap Adams kemudian berubah setelah beberapa negara Amerika Latin memperoleh kedaulatannya dari Spanyol dan Portugal pada tahun 1822. Adams melihat bahwa Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Mexico dan negara-negara Amerika Tengah bisa merupakan ancaman bagi perdagangan AS bila mereka jatuh ke dalam sistem perdagangan Inggeris yang lebih kuat. Oleh karena itu, Adams mengakui kedaulatan negara-negara tersebut tahun 1822 dan mulai menjaJin hubungan yang lebih erat di bidang perdagangan.

2.3 Strategi Doktrin Monroe
Pemahaman John Quincy Adams yang mendalam mengenai kepentingan Inggris atas kawasan Amerika serta ikatan antara Amerika Utara dan Selatan dapat membantu memahami Doktrin Monroe. Adams menyadari bahwa disamping adanya saling pemahaman antara AS dan Inggris, AS hams tetap menjaga imperium daratan dan perdagangan di benua Amerika. Kesempatan mengklaim hak-hak tambahan muncul tahun 1821 ketika Tsar Rusia, Alexander I, menyatakan bahwa semua kawasan di bagian utara Amerika mulai dari garis 51 derajat dan sepanjang seratus mil dari pantai ke kawasan Pasifik menjadi milik Rusia dan tertutup bagi kepentingan non-Rusia.
Tsar Rusia didesak oleh perusahaan gabungan Rusia-Amerika untuk mengumumkan bahwa wilayah kekuasaan Rusia di Amerika Utara yang memanjang dari Alaska ke pantai barat hingga ke San Fransisco adalah milik Rusia, Pengumuman tersebut mendorong berkembangnya minat perdagangan dan perikanan di kawasan tersebut. Sejak tahun 1796, orang-orang Amerika, bukan Rusia, memonopoli perdagangan kulit binatang di kawasan tersebut dan membentuk jaringan dagang antara New England, Asia dan Pantai Barat Daya. Perdagangan tersebut menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Dalam menjawab pengumuman Tsar tersebut, Adams menemui pajabat Rusia pada tanggal 17 Juli 1823. Dalam pertemuan tersebut Adams menyatakan bahwa AS akan menentang ambisi Rusia dalam mengklaim teritorial baru di Amerika. AS juga akan tetap memegang prinsip bahwa benua Amerika tidak dapat digunakan lagi untuk membangun wilayah koloni bani oleh bangsa Eropa. Sikap tegas Adams bukan hanya ditujukan kepada Rusia tetapi juga terhadap Inggeris yang masih menguasai kawasan  barat daya, terutama Oregon. Lima hari kemudian, Adam kembali mengulangi pernyataan yang sama terhadap Inggris. Benua Amerika tidak lagi bisa digunakan sebagai tempat kolonisasi. Kawasan Pasifik harus tetap terbuka bagi pelayaran bagi semua bangsa seperti halnya Atlantik, Adams mengingatkan Inggris bahwa dihapuskannya daerah koloni Inggris di pantai barat daya tidak akan merugikan Amerika Serikat.
Pada musim panas 1823, menlu Inggris George Canning memanfaatkan sikap politik Adams untuk kepentingan Inggris. Canning  menyatakan  bahwa  Inggris  dan  AS akan bergabung untuk menghadapi Perancis dan Spanyol yang akan mengembangkan monarki seberang lautan di Amerika Latin. Ketika misi diplomatik Canning tiba, Adams sedang berlibur di Massacussetts. Presiden James Monroe meminta negarawan lain, Jefferson dan Madison, untuk memberikan saran. Kedua negarawan tersebut sepakat untuk bekerjasama dengan Inggris. Namun demikian, ketika kembali pada bulan November Adams meyakinkan Presiden Monroe bahwa kerjasama Inggeris dan AS tidak akan menguntungkan secara politik bagi kepentingan AS.
Menlu Adams yakin bahwa AS tidak perlu mengikatkan dirinya dengan Inggris untuk menjawab tuntutan Canning. Tanpa kehilangan kebebasan bertindak, AS harus tetap mengingatkan negara-negara Eropa untuk angkat kaki dari benua Amerika. Sementara AS hams tetap berusaha membangun imperium daratan dan mengusai perdagangan lautan. Menghadap sikap tegas Adams, George Canning  mengadakan perundingan rahasia dengan duta besar Perancis di London, Prince de Polignac akhir tahun 1823 untuk memperoleh pemahaman bersama mengenai situasi di Amerika Latin.
Dalam perundingan tersebut diketahui bahwa Perancis sebenamya tidak berambisi untuk membangun imperium kolonial di kawasan tersebut. Kabar sikap Perancis yang diketahui oleh seorang menteri AS, Richard Rush, tersebut dikirim  ke Washington, tetapi terlambat datang. Kabar tersebut tidak mengubah pandangan Adams mengenai kebijaksanaan AS terhadap ambisi Perancis, Inggris terhadap Amerika Latin. Selama November 1823, Kabinet presiden Monroe mengadakan perdebatan mengenai perlu tidaknya kebijaksaan luar negeri AS mengenai kawasan barat daya (Nortwest) dan Oregon serta Amerika Latin diumumkan secara terbuka seperti diinginkan oleh tnenlu Adams. Presiden Monroe memilih diumumkan secara terbuka. Pada tanggal 2 Desember 1823 Presiden Monroe mengirimkan pesan pada Kongress mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS, yaitu 1) Benua Amerika sejak sekarang tidak bisa lagi digunakan sebagai daerah kolonisasi oleh negara-negara Eropa, 2) AS tidak akan membiarkan adanya usaha negara-negara Eropa tersebut memperluas pengaruhnya atas kawasan Amerika, dan 3) AS tidak akan ikut campur dalam urusan dalam (internal concerns) negara-negara Eropa. Tiga prinsip luar negeri AS tersebut terkenal dengan sebutan Doktrin Monroe.
Doktrin Monroe merupakan sarana bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut dianggap bermanfaa bagi kepentingan negara-negara di Amerika Latin. Presiden Monroe sendiri menyatakan bahwa AS mengharapkan semua penduduk benua Amerika, di utara dan selatan, untuk mengeksploitasi semua potensi yang dimiliki oleh the New World  (benua Amerika). Bagi AS sendiri doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental, serta beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika, serta kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi di negara-negara Amerika Latin.
Dalam pandangan menlu Jonh Quincy Adams, ekspansi lebih lanjut tidak akan membawa akhir yang membahagiakan bagi AS. Doktrin Menroe, menurut Adams, memang merupakan kemenangan diplomatik bagi AS dalam jangka pendek.   Dalam perkembangan lebih lanjut, negara-negara Amerika Latin yang diuntungkan oleh adanya Doktrin Monroe tidak sepenuhnya dapat dipengaruhi oleh kebijaksanaan politik luar negeri AS. Ketika permintaan bantuan beberapa Negara Amerika Latin terhadap AS ditotak oleh Presiden Monroe menolaknya, negara-negara tersebut minta berkiblat kepada Inggris. Spanyol dan Perancis memang tidak mengklim kembali bekas koloni-koloninya di Amerika latin. Namun demikian, selama dua dekade ke depan negara- negara Eropa termasuk Inggeris mendudukai kawasan Amerika Latin kembali tanpa adanya hambatan yang berarti dari AS.
Dalam hubungannya dengan kepentingan Rusia di Amerika, Doktrin Monroe memiliki dampak positif. Menlu Adams, sebagai diplomat ulung mempu memanfaatkan doktrin tersebut untuk menyepakai sebuah konvensi dengan Rusia tahun 1824. Dalam konvensi tersebut Tsar Rusia menyerahkan  klaimnya  atas  pantai  barat Amerika Serikat dan menerima perbatasan sebelah selatan sepanjang 54 derajat bagi orang-orang Rusia-Amerika. Rusia juga menanggalkan klaimnya atas Oregon dan San Fransisco. Sebaliknya AS berjanji untuk mengatur kembali hubungannya dengan penduduk New England di Canada yang kerap menjual senjata genggam dan  minuman  keras  kepada  penduduk  Indian  di  Amerika  Serikat.  Dalam  jangka  panjang konvensi tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pedagang-pedagang Amerika di sepanjang pantai barat, sebaliknya Rusia bisa diusir dari Oregon yang kemudian dijadikan daerah eksplorasi oleh orang-orang Inggeris dan Amerika.
Setelah Adams terpilih sebagai presiden AS tahun 1825, beberapa kemenangan diplomatik diperolehnya. Pada tahun 1827, Konvensi tahun 1818 mengenai Oregon diperbarui yang memungkinkan terbuka luasnya kesempatan bagi orang-orang Amerika untuk mengeksploitasi daerah tersebut. Dalam perundingan lainnya dengan Inggris, Adams memaksa Inggris untuk mengakui kedaulatan Amerika atas sumber hutan dan lahan peitanian di Oregon.
2.4 Pelaksanaan Aneksasi Texas
Aneksasi Texas dari Mexico tahun 1845 dilatar belakangi oleh kondisi Texas sebagai tempat migrasi besar-besaran warga AS ke kawasan tersebut. Di Texas, kaum migran AS mengolah lahan pertanian untuk memproduksi katun dan gula. Hasil pertanian tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya dan menjadi penyumbang cukup besar bagi perekonomian  Texas.  Penduduk  AS  yang  merasa  tidak  suka  dengan  pemerintahan  Mexico            dibawah presiden Santa Anna mampu melepaskan diri dari Mexico dan kemudian mendirikan Republik Texas tahun 1836. Republik baru tersebut berada di bawah protektorat Inggris yang merupakan saingan AS di benua Amerika.
Dengan demikian, AS sangat berkepentingan dengan Presiden AS, John Tyler, sangat menaruh perhatian pada status Texas. Texas yang dilindungi oleh Inggeris tentu saja bisa merupakan ancaman bagi ambisi AS untuk menyatukan wilayah pantai Timur (Atlantik) dan pantai Barat (Pasifik). Presiden Tyler memanfaatkan issu Texas untuk kepentingan politiknya, yaitu untuk memperoleh dukungan dari Partai Demokrat yang bersifat ekspansionis dan kontinentalis yang ditentang oleh Partai Whig. Presiden Tyler yang berasal dari Partai Whig harus mampu menarik dukungan dari lawan politiknya.
Setelah melalui perdebatan panjang di parlemen ditengah-tengah persaingan antara Partai Whig dan Demokrat serta antara politikus dari Selatan dan Utara, Presiden Tyler berhasil menyatukan Texas ke dalam Union. Sebuah resolusi dalam Kongres berhasil menyepakati aneksasi Texas dan ditandatangani oleh Presiden Tyler tanggal 5 July 1845. Pengambilalihan  Texas  yang  luasnya  267.339  mil  persegi  belum memuaskan nafsu orang-orang Amerika untuk menguasai sisa-sisa imperium Spanyol di Amerika Utara. Bahkan sebagaian kelompok ekspansionis bermimpi  untuk memperoleh Cuba dan Amerika Tengah.Untuk memenuhi keinginan rakyat Amerika Predsiden AS yang baru James K Polk mencoba mendekati Mexico dengan mengirim diplomat-diplomat ulungnya untuk merundingkan kemungkinan pembelian California dari Mexico.
Tawaran tersebut. tentu saja ditolak Mexico, yang baru saja kehilangan Texas. Dengan cara mengkritik ketidakstabilan politik di Mexico dan ketidakmampuan menjalankan pemerintahan di California Polk memaksa Mexico untuk menyelesaikan persoalan melalui peperangan. Ketika beberapa pasukan kavalerinya tewas di daerah perbatasan, Polk segera mendekati Kongress dan menyatakan bahwa pasukan Mexico telah melintasi perbatasan AS dan mengancam kedaulatan AS serta membuat orang-orang Amerika berdarah serta mengotori tanah AS.
Berkat kepiawaian Presiden Polk mempengaruhi Kongres maka keluarlah persetujuan dari Kongress bahwa dengan tindakan Mexico tersebut maka AS berada dalam keadaan perang dengan Mexico. Texas dan beberapa negara bagian yang dilintasi Sungai Mississippi, yang menginginkan ditingkatkannya jumlah perbudakan, mengerahkan sejumlah 49.000 pasukan. Akibatnya, Mexico mengalami kekalahan total dan terpaksa menandatangani Perjanjian Guadalupe Hidalgo tahun 1848.  Dalam perjanjian tersebut Mexico menarik klaimnya atas Texas dan menyerahkan New Mexico dan California serta mengakui Rio De Grande sebagai perbatasan kedua negara.
Seluruh  daratan  Amerika  seperti  terlihat  sekarang  berhasil  dipersatukan  tahun  1853 setelah AS mernperoleh tambahan wilayah di sebelah selatan California yang berbatasan dengan Mexico tahun 1853 di sebelah selatan, dan Oregon di utara yang ditandatangani dengan Inggeris tahun 1846. Upaya diplomatik yang didukung oleh kekuatan ekonomi dan militer telah berhasil membentuk imperium Amerika Serikat di Amerika Utara menggantikan kekuatan Eropa yang semula dipegang oleh Inggeris, Perancis, Rusia dan Spanyol. Sampai  tahun 1917 AS telah membentuk Imperium di Amerika hingga Asia pasifik.

BAB 3. SIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Sejarah diplomasi Amerika Serikat pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19 ditandai dengan ekspansi wilayah ke bagian barat dan selatan. Kegiatan ekspansi Amerika Serikat tersebut berhadapan dengan negara imperialis Eropa seperti Inggris,  Perancis, dan Spanyol. Perluasan wilayah sebenarnya telah dilakukan pada jaman kolonial. Pada jaman tersebut para pionir Amerika menjelajah ke arah barat untuk membuka lahan-lahan  baru hingga ke pengunungan Appalachian. Pada tahun 1800 Spanyol menyerahkan wilayah Lousiana, suatu kawasan antara Sungai Missisippi dan Pegunungan Rocky kepada Perancis.
John Quincy Adams merupakan menteri luar negeri Amerika Serikat terpopuler. Politik luar negerinya menunjukkan semangat kesatuan nasional Amerika Serikat. Sebagai menlu di bawah Presiden baru, James Monroe (1817-1825) dan anak presiden AS kedua, Adams berusaha mengimplementasikan sentimen kesatuan nasional dalam politik luar negerinya yang independen. Perjanjian yang disebut Transkontinental Treaty merupakan salah satu kemenangan diplomatik Adams yang terbesar dalam karir diplomatiknya. Bagi Amerika Serikat, perjanjian tersebut merupakan jalan pembuka yang lebih luas ke arah Pasifik dan Amerika Latin.
Pada tanggal 2 Desember 1823 Presiden Monroe mengirimkan pesan pada Kongress mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS yang terkenal dengan sebutan Doktrin Monroe. Doktrin Monroe merupakan sarana bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut dianggap bermanfaa bagi kepentingan negara-negara di Amerika Latin.
Aneksasi Texas dari Mexico tahun 1845 dilatar belakangi oleh kondisi Texas sebagai tempat migrasi besar-besaran warga AS ke kawasan tersebut. Di Texas, kaum migran AS mengolah lahan pertanian untuk memproduksi katun dan gula. Berkat kepiawaian Presiden Polk mempengaruhi Kongres maka keluarlah persetujuan dari Kongress bahwa dengan tindakan Mexico tersebut maka AS berada dalam keadaan perang dengan Mexico.


















DAFTAR PUSTAKA

------. 2005. Garis Besar Sejarah Amerika. Biro Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri A.S.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar