PERLUASAN WILAYAH DI AMERIKA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampuh Dr. Suranto
Makalah
Oleh:
NUR MA’RIFA 120210302087
KELAS B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan ridho-Nya
sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Perluasan Wilayah di
Amerika” dengan tepat waktu. Yang mana penulisan makalah
ini saya gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Amerika.
Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. Suranto selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Amerika. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada
saya dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
sehingga saya selaku penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang
nantinya akan saya gunakan sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Jember, April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
BAB 2. PEMBAHASAN 4
2.1
Pelaksanaan Diplomasi
dan
Perluasan Wilayah
Amerika
Serikat pada abad ke-19 4
2.2
Pelaksanaan Diplomasi
John
Quincy Adams
dan
Aneksasi Florida 6
2.3
Strategi
Doktrin Monroe 10
2.4 Pelaksanaan Aneksasi Texas 14
BAB 3. SIMPULAN 16
3.1 Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Diantara dua perang besar yaitu
Perang Saudara dan Perang Dunia I menjadikan Amerika negara yang dewasa. Daerah
perbatasan menghilang, pabrik-pabrik yang besar, jaringan kereta api yang
membentang sepanjang benua, kota-kota mekar dan tanah-tanah pertanian luas
menandai seluruh negara. Bersama mereka timbul pula keburukan, terjadi monopoli
perdagangan, kondisi kerja memburuk, kurang memerhatikan pemerintahan yang
layak, dan produksi pabrik yang terkadang melebihi konsumsi nyata.
Sejak tahun 1776 sampai sekarang
bangsa Amerika selalu berusaha untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya melalui upaya-upaya diplomatik untuk membentuk imperium besar yang
berkuasa dan berpengaruh atas bangsa-bangsa lain di dunia. Pada awal abad ke-19 mereka telah mampu membangun sebuah imperium kontinental yang besar. Mereka telah mengembangkan imperium perdagangan di seluruh dunia, menggantikan posisi Portugal, Spanyol, Belanda dan
Inggris. Pada
akhir abad ke-20 ini bangsa
Amerika dianggap bangsa yang berpengaruh
atas bangsa-bangsa di dunia, baik secara politik, ekonomi, militer dan budaya.
Sejak berakhiraya perang dingin (cold-war) dan tumbangnya Uni Soviet pada awal
tahun 1990-an, tidak diragukan lagi bahwa Amerika Serikat merupakan sebuah imperium yang
sangat besar yang
tidak memiliki tandingan di dunia. Sejarah perluasan wilayah Amerika Serikat
selama kurang lebih dua ratus tahun dan tiga belas negara koloni sepanjang pantai timur Atlantik
menjadi sebuah negara adidaya (superpower) pada
abad ke-20 merupakan sebuah sejarah yang digambarkan oleh Gardner dkk (1973) sebagai "the most increadible secular story in human
history" atau kisah yang sangat menakjubkan
dalam sejarah
umat manusia.
Posisi terakhir
Amerika Serikat sebagai
sebuah superpower bukan
dicapai secara tiba-tiba melainkan sebagai hasil dan proses yang panjang sejak Revolusi
Amerika 1776 yang antara lain
diperoleh melalui upaya-upaya diplomatik.
Sebagian besar kesulitan yang paling berat semenjak Revolusi mulai lenyap,
persatuan nasional telah membawa keseimbangan antara kebebasan dan katertiban.
Dengan hutang nasional yang tinggal sedikit, benua perawan yang menunggu di
garap prospek perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan sosial membentang dihadapan
mata.
Keterlibatannya dalam Perang Dunia I dan Perang Dunia II menunjukkan bahwa AS ingin berperan dalam percaturan internasional. Demikian juga dengan tampilnya AS sebagai pemenang PD II dan menjadi pemimpin negara-negara Blok Barat memperlihatkan bahwa AS
telah menjadi negara yang amat
berkuasa dan
berpengaruh atas
negara-negara lainnya di dunia.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat menemukan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1)
Bagaimanakah
Pelaksanaan Diplomasi dan Perluasan Wilayah di Amerika Serikat Pada Abad ke-19?
2)
Bagaimanakah
Pelaksanaan Diplomasi John Quincy Adams dan Aneksasi di Florida?
3)
Apakah Yang
Dimaksud dengan Aneksasi Menroe?
4)
Bagaimanakah
Pelaksanaan Aneksasi Texas?
1.3
Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas penulis
dapat mengemukakan beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain:
1)
Dapat Mengetahui
Bagaimanakah Pelaksanaan Diplomasi dan Perluasan Wilayah di Amerika Serikat
Pada Abad ke-19.
2)
Dapat Mengetahui
Pelaksanaan Diplomasi John Quincy Adams dan Aneksasi Florida.
3)
Dapat Memahami Apa
yang Maksud Dengan Strategi Doktrin Menroe.
4)
Dapat Memahami
Bagaimanakah Pelaksanaan Aneksasi Texas.
BAB 2.
PEMBAHASAN
2.1 Pelaksanaan Diplomasi
dan
Perluasan Wilayah Amerika Serikat pada
abad ke-19
Sejarah diplomasi Amerika Serikat pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19 ditandai dengan ekspansi wilayah ke bagian barat dan selatan. Kegiatan ekspansi Amerika Serikat tersebut berhadapan
dengan negara imperialis Eropa seperti Inggris,
Perancis, dan Spanyol. Dengan demikian, upaya diplomatik untuk menjaga dan memperluas wilayah teritorial dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat
terhadap imperium-imperium tersebut, baik secara damai
maupun yang didukung oleh
kekuatan militer.
Perluasan wilayah sebenarnya telah dilakukan pada jaman kolonial. Pada
jaman tersebut para pionir Amerika menjelajah ke arah
barat untuk membuka lahan-lahan
baru hingga ke pengunungan Appalachian. Setelah memperoieh kedaulatan tahun 1776, penjelajahan ke arah barat memperoleh percepatan karena didukung
oleh negara-negara bagian di wilayah timur. seperti Inggeris, Perancis dan Spanyol. Negara-negara
bagian di wilayah timur yang
mengklaim wilayah dari pantai Atlantik sampai Sungai
Mississippi harus berhadapan
dengan orang-orang Indian yang didukung oleh kekuatan imperialis barat.
Untuk mengatasi hal tersebut
pada tahun 1794 komisi khusus yang dipimpin oleh John Kay berhasil menandatangani perjanjian
dengan Inggris.
Dalam perjanjian
tersebut Inggris sepakat
untuk tidak lagi mendukung orang-orang Indian di wilayah barat daya. Perjanjian itu juga ditandatangani oleh Spanyol yang memungkinkan Amerika Serikat memperluas wilayahnya ke wilayah barat laut. Kejadian-kejadian dalam sejarah Eropa dan kawasan Karibia berpengaruh terhadap upaya diplomatik Amerika Serikat dalam perluasan wilayahnya.
Pada tahun 1800 Spanyol menyerahkan
wilayah Lousiana, suatu
kawasan antara Sungai
Missisippi dan Pegunungan Rocky kepada Perancis. Napoleon
Bonaparte, penguasa Perancis yang telah berhasi
menguasai
Spanyol
di Eropa, bermaksud menggunakan wilayah Louisiana
sebagai jalan untuk menjadikan Perancis
sebagai kekuatan imperium di Amerika. Namun demikian, sebuah revolusi yang
digerakkan oleh
orang-orang kulit hitam di kepulauan Hispaniola (sekarang
Haiti dan Santa Dominggo) merusak rencana Napoleon Revolusi
yang dipimpin oleh Toussaint L'Ouverture dan didukung oleh 500.000 budak kulit hitam Haiti hampir berhasil memaksa 40.000 orang kulit putih pemilik
budak untuk membebaskan
perbudakan di Haiti.
Napoleon segera mengirimkan pasukannya
untuk meredam gerakan revolusi serta menduduki wilayah New Orleans dan menguasai wilayah
Louisnana. Presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson, yang melihat kemungkinan semakin
kuatnya ancaman Perancis bila tetap menguasai Lousiana, mengutus Jams Monroe ke
Paris dan mendesak duta besar (dubes) Amerika di Paris, Robert Livingstone, untuk berunding
mengenai kemungkinan membeli wilayah Louisiana dari
Perancis. Melihat kemungkinan semakin kuatnya dominasi imperialis
Eropa, di Amerika,
pemerintah Amerika
Serikat, dibawah presiden Thomas Jefferson, berusaha
untuk memperoleh wilayah Louisina dengan berbagai cara.
Hal tersebut dilakukan sebab Inggeris yang
sedang
bersaing dengan Perancis, berusaha memperoieh wilayah yang
sangat kaya dengan sumber daya alam tersebut. Ketika Robert Livingstone," yang
secara intensif melakukan upaya diplomatik, bertemu dengan menteri
luar negeri Perancis, Talleyrand, sebuah tawaran menarik diberikan oleh menlu Perancis. Perancis
yang sedang berhadapan dengan Inggris,
baik di Eropa dan
Amerika, lebih suka menyerahkan Louisiana kepada
Amerika Serikat daripada
kepada Inggeris dan sepakat dengan harga
12 juta dollar atas wilayah pertanian yang sangat kaya
tersebut.
Setelah memperoleh wilayah Lousiana, Amerika Serikat dihadapkan dengan
ancaman Inggris yang menguasai Canada. Amerika Serikat membenci Inggris karena dianggap sebagai saingan terberat
dalam perdagangan di kawasan Atlantik dan memonopoli barang-barang dagangan di kawasan
itu. Persaingan dengan Inggris mendorong Amerika melakukannya pertimbangan diplomatik melalui peperangan dengan Negara Eropa. Sikap
netral Amerika Serikat terhadap masalah
perdagangan luar negeri dengan negara-negara Eropa
tidak sepenuhnya bisa diterapkan ketika
negara
tersebut memiliki
kepentingan
lain
di
daratan.
Sikap tersebut diterapkan oleh Presiden James Madison ketika berhadapan dengan Inggris. Perang War Hawks pada tahun 1812 mengakhiri masalah Indian serta memberi jalan kepada
para
pioner-pioner Amerika
untuk membuka lahan yang lebih luas di
bagian barat. Perang tersebut diakhiri dalam Perjanjian Ghent di
Belgia tahun 1814 berkat campur tangan Tsar
Rusia yang sedang berusaha mendekati Inggris dalam mengakhiri perang dengan Napoleon Bonaparte.
Dalam perjanjian tersebut Amerika dan Inggris sepakat untuk menjaga Great Lakes sebagai kawasan bebas militer, kebebasan bagi nelayan Amerika, Inggeris
dan
Canada untuk menangkap ikan di New Foundland dan Labrador serta persetujuan mengenai perbatasan baru antara Amerika Serikat dan Canada, dan dijadikannya kawasan Oregon sebgai daerah terbuka bagi orang Inggeris
dan Amerika. Perjanjian dengan Inggris tersebut menjadikan politik diplomasi Amerika
Serikat lebih berorientasi ke
dalam dalam upaya merebut Florida
serta menyatukan wilayah hingga ke Pantai Pasifik.
2.2 Pelaksanaan Diplomasi
John
Quincy Adams
dan
Aneksasi Florida
John
Quincy Adams merupakan menteri luar negeri Amerika Serikat terpopuler.
Politik
luar negerinya menunjukkan semangat kesatuan nasional Amerika Serikat. Sebagai menlu di bawah Presiden
baru, James Monroe (1817-1825) dan anak presiden
AS kedua, Adams berusaha
mengimplementasikan sentimen
kesatuan nasional dalam politik luar negerinya yang
independen. Aneksasi Florida dari Spanyol
tercapai berkat kepiawaianya. Dia mampu memadukan kebijaksanan luar
negeri
dengan kebijaksanaan dalam negeri. Pengalaman
diplomasi di Paris, Ghent, St Peterburg, Negeri Belanda
dan Prusia dan penguasaan enam bahasa serta pemahaman mengenai karya- karya klasik
Barat menjadikannya sebagai diplomat ulung.
Sebagai penganut ajaran Calvin, dia
percaya
bahwa
perluasan imperium
Amerika tak dapat dihindari dan
sangat penting untuk diperjuangkan. Sebagai diplomat ulung Adams memiliki pandangan yang
tajam mengenai gerak-gerik
Inggris di benua Amerika.
Pada tahun 1817 dia meyakini bahwa Inggris lebih merupakan
ancaman terhadap Amerika Serikat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Mereka
membenci imperium Spanyol yang bersifat diskriminatif terhadap barang- barang
kedua negara. Mereka juga tidak menyukai Perancis yang
agresor. Terbentuknya "Holy
Alliance" yang beranggotakan para monarki Eropa yang dipimpin oleh Rusia dan berusaha mempertahankan
pemerintahan
monarki di Eropa dan
Amerika Latin
merupakan ancaman bagi
kepentingan
Amerika Serikat dan Inggris.
Adams tidak percaya begitu saja dengan Inggris yang memiliki kepentingan yang sama dalam menghadapi negara-negara Eropa lain. Selama tiga
tahun kemudian, Adams
mengkaji kembali hubungannya dengan Ingggris menyangkut konflik mengenai Great
Lakes mengenai perbatasan dengan Canada
di sebelah barat, masalah perikanan dan status Oregon. Untuk
mencegah ambisi Inggris di
Amerika Latin,
Adams menjalin
hubungan erat dengan
Tsar Alexander dari Rusia, sahabat yang dikenalnya dengan baik ketika dia menjadi dubes di St Peterburg.
Aliansi tersebut merupakan sarana yang
baik untuk mencegah ambisi Inggris di Amerika Serikat
dan
Amerika Latin.
Untuk menghancurkan kepentingan Inggris di benua
Amerika Adams melalukan upaya
diplomatik serta
penetrasi militer terhadap pelabuhan-pelabuhan dagang di West Indies yang
dimiliki Inggris. Melalui upaya diplomatik yang gencar serta dukungan para
pedagang Amerika
maka Inggris membuka pelabuhan-pelabuhannya di daerah koloninya itu. Keberhasilan tersebut
merupakan langkah awal bagi upaya menghancurkan imperium Inggris di benua Amerika
serta
upaya penghancuran
imperium kolonial di benua tersebut. Adams
yakin bahwa
Revolusi Amerika pertanda awal akhir dari kolonialisme Eropa di Amerika
serta membangun imperium Amerika Serikat yang berkuasa di daratan dan
di lautan.
Untuk menyatukan seluruh kontinen Amerika Utara
dibawah Amerika Serikat, Adams harus
mendekati imperium Eropa. Florida Barat diperoleh
Amerika Serikat lewat Perjanjian Ghent tahun 1812. Pesiden Amerika Serikat, James Monroe mengutus Jenderal Andrew Jackson untuk
menghentikan
serangan orang-orang Indian
atas permukiman orang-orang Amerika serta untuk menduduki semua pelabuhan
Spanyol.
Dalam Perang Seminole
tahun 1817 antara pasukan Amerika
Serikat
dengan orang-orang Indian, Jackson melakukan ekspansi ke
daerah pendudukan
Spanyol untuk menangkap pasukan penjaga Spanyol serta orang Inggris yang menghasut orang-orang
Indian.
Tindakan
tersebut menimbulkan
protes dari Spanyol dengan menuduh bahwa Jackson
menyerang pemukim-pemukim warga sipil Spanyol dan Inggris
di Florida.
Spanyol
mengusulkan kepada Presiden Monroe agar Jackson ditarik dari kawasan itu. Usulan tersebut
diterima
Kabinet Monroe, kecuali Menlu Adams
yang membela
tindakan Jackson dengan
mengatakan
bahwa Spanyol
tidak mampu memelihara stabilitas
sosial
di Florida. Dalam menghadapi tindakan agresi Amerika, Spanyol meminta bantuan Inggris. Namun, Inggris
menolak untuk ikut campur. Inggris melihat bahwa perpecahan
imperium
Spanyol di Amerika dapat membuka jalan bagi pedagang-pedagang Inggris.
Adams memanfaatkan kenetralan Inggris untuk
merebut seluruh wilayah Florida serta Texas. Pada
bulan Februari 1819 menlu Spanyol, Onis sepakat untuk menandatangani perjanjian dengan
Adams yang
berisi: penyerahan Florida Timur kepada AS; pengakuan atas kedudukan AS di
Florida Barat, membatalkan klaimnya atas Oregon serta
jalur pelayaran menuju Sungai
Mississippi kepada AS; serta perbatasan bam sepanjang 42 derajat lintang utara sampai Sungai Sabine, Red and Arkansas hingga
ke Pasifik. Sebaliknya AS harus melapaskan
tuntutannya atas
Texas dan
membayar lima juta dollar yang diklaim
warga AS atas
Spanyol. Penyerahan Florida
oleh Spanyol tersebut antara lain
untuk melindungi kepentingannya yang lebih luas di Mexico.
Perjanjian yang disebut Transkontinental Treaty merupakan salah satu kemenangan diplomatik Adams yang
terbesar dalam karir diplomatiknya. Bagi Amerika Serikat,
perjanjian tersebut merupakan jalan pembuka yang
lebih luas ke arah Pasifik dan Amerika Latin
terutama untuk kepentingan dagang dalam rangka menghadapi pembatasan-pembatasan dagang yang dilakukan oleh Inggris
di kawasan tersebut.
Ketika terjadi gerakan revolusi di negara-negara Amerika Latin terhadap imperium Spanyol dan Portugal sikap menlu AS, John Quincy Adams mendua. Pada tahun 1821, dia menganggap kawasan
tersebut penting untuk perekonomi. Sebaliknya dia tidak bersedia membantu gerakan revolusioner negara-negara tersebut terhadap kekuatan imperialis Eropa. Dia menganggap bahwa penghargaan
orang-orang AS terhadap hak-hak sipil dan
kemerdekaan politik di AS tidak bisa diterapkan terhadap Amerika Latin. Adams merasa ragu dengan negara-negara Katholik Amerika Latin mengenai pengakuan hak-hak sipil. Meskipun
dia yakin bahwa gerakan
revolusioner
di Amerika Latin bertujuan
menghancurkan kolonialisme
di kawasan tersebut yang juga diinginkan oleh Adams, AS tidak bisa melibatkan diri membantu
gerakan
tersebut.
Sikap
Adams kemudian berubah setelah beberapa
negara Amerika Latin memperoleh
kedaulatannya dari Spanyol dan Portugal pada
tahun 1822. Adams melihat bahwa
Argentina,
Brazil, Chile, Colombia, Mexico dan negara-negara Amerika Tengah bisa
merupakan ancaman
bagi perdagangan AS bila mereka jatuh ke
dalam sistem perdagangan Inggeris yang lebih kuat.
Oleh karena itu, Adams mengakui
kedaulatan negara-negara tersebut tahun 1822 dan
mulai
menjaJin hubungan yang lebih erat di bidang perdagangan.
2.3 Strategi
Doktrin Monroe
Pemahaman John Quincy Adams yang mendalam mengenai kepentingan Inggris atas kawasan Amerika serta ikatan antara Amerika Utara dan
Selatan dapat membantu memahami Doktrin Monroe. Adams menyadari bahwa disamping adanya saling
pemahaman antara AS dan Inggris, AS hams tetap menjaga imperium daratan dan perdagangan di benua Amerika. Kesempatan mengklaim hak-hak tambahan muncul tahun 1821 ketika Tsar Rusia,
Alexander I, menyatakan bahwa semua kawasan di bagian utara Amerika mulai dari garis 51 derajat dan sepanjang seratus mil dari pantai ke kawasan Pasifik menjadi
milik Rusia dan tertutup bagi kepentingan non-Rusia.
Tsar Rusia didesak oleh perusahaan
gabungan Rusia-Amerika untuk mengumumkan bahwa wilayah kekuasaan Rusia di Amerika Utara yang
memanjang dari Alaska ke pantai barat hingga ke San Fransisco adalah milik Rusia, Pengumuman tersebut mendorong berkembangnya minat perdagangan dan perikanan di kawasan
tersebut. Sejak tahun 1796, orang-orang
Amerika, bukan Rusia, memonopoli perdagangan kulit binatang
di kawasan tersebut dan membentuk jaringan dagang antara New England, Asia dan Pantai Barat Daya.
Perdagangan
tersebut menghasilkan keuntungan yang sangat
besar.
Dalam menjawab pengumuman Tsar tersebut, Adams menemui pajabat Rusia pada
tanggal 17 Juli 1823. Dalam pertemuan tersebut Adams menyatakan bahwa AS akan menentang ambisi Rusia dalam mengklaim teritorial baru di Amerika. AS juga akan tetap memegang prinsip bahwa
benua
Amerika tidak dapat digunakan lagi untuk membangun wilayah koloni bani oleh
bangsa Eropa. Sikap
tegas Adams bukan hanya ditujukan kepada
Rusia tetapi juga
terhadap Inggeris
yang masih menguasai kawasan barat daya,
terutama
Oregon. Lima hari kemudian,
Adam kembali mengulangi pernyataan yang sama terhadap Inggris. Benua Amerika tidak lagi bisa
digunakan sebagai tempat kolonisasi. Kawasan Pasifik harus tetap terbuka
bagi pelayaran bagi
semua bangsa seperti halnya Atlantik, Adams mengingatkan Inggris bahwa
dihapuskannya daerah
koloni Inggris di pantai
barat
daya tidak
akan
merugikan Amerika Serikat.
Pada musim panas 1823, menlu Inggris George Canning
memanfaatkan sikap politik
Adams untuk kepentingan Inggris. Canning menyatakan bahwa
Inggris
dan AS akan bergabung untuk menghadapi Perancis dan Spanyol yang akan mengembangkan monarki seberang lautan
di Amerika Latin. Ketika misi diplomatik Canning tiba, Adams sedang berlibur di Massacussetts. Presiden James Monroe meminta negarawan lain, Jefferson dan Madison, untuk memberikan saran. Kedua negarawan tersebut sepakat untuk bekerjasama
dengan Inggris. Namun demikian,
ketika kembali pada bulan November Adams meyakinkan Presiden Monroe bahwa kerjasama Inggeris dan AS tidak akan menguntungkan secara politik
bagi
kepentingan
AS.
Menlu Adams yakin bahwa AS tidak perlu mengikatkan dirinya dengan Inggris untuk menjawab tuntutan Canning. Tanpa kehilangan
kebebasan bertindak, AS harus tetap
mengingatkan negara-negara Eropa untuk angkat kaki dari benua Amerika. Sementara AS hams tetap
berusaha membangun imperium daratan dan mengusai perdagangan
lautan. Menghadap sikap tegas Adams, George Canning mengadakan perundingan rahasia dengan duta besar Perancis di London, Prince de Polignac akhir tahun 1823 untuk memperoleh pemahaman bersama mengenai situasi di Amerika Latin.
Dalam perundingan tersebut diketahui bahwa Perancis sebenamya tidak berambisi untuk membangun imperium kolonial di kawasan
tersebut. Kabar sikap Perancis yang diketahui oleh seorang menteri AS, Richard Rush, tersebut
dikirim ke Washington, tetapi
terlambat datang.
Kabar
tersebut tidak mengubah
pandangan Adams
mengenai
kebijaksanaan AS terhadap ambisi
Perancis, Inggris
terhadap
Amerika Latin. Selama November 1823, Kabinet
presiden Monroe
mengadakan perdebatan mengenai perlu tidaknya kebijaksaan luar negeri AS mengenai kawasan barat daya (Nortwest) dan Oregon
serta Amerika Latin diumumkan secara terbuka seperti diinginkan oleh tnenlu Adams. Presiden
Monroe memilih diumumkan secara terbuka. Pada tanggal 2 Desember 1823 Presiden Monroe mengirimkan pesan pada Kongress mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS, yaitu 1) Benua
Amerika sejak sekarang tidak bisa lagi digunakan sebagai daerah kolonisasi oleh negara-negara Eropa, 2) AS tidak akan membiarkan adanya usaha negara-negara Eropa tersebut memperluas pengaruhnya atas kawasan Amerika, dan 3) AS tidak akan ikut campur
dalam urusan dalam
(internal concerns) negara-negara Eropa. Tiga prinsip luar negeri AS tersebut terkenal dengan sebutan
Doktrin Monroe.
Doktrin Monroe
merupakan sarana bagi Amerika Serikat untuk
mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara
Eropa atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut
dianggap bermanfaa bagi kepentingan negara-negara
di Amerika Latin. Presiden Monroe
sendiri menyatakan bahwa
AS mengharapkan semua penduduk benua Amerika, di utara
dan selatan, untuk mengeksploitasi semua potensi yang
dimiliki oleh the New World (benua
Amerika). Bagi AS sendiri doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental, serta beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika, serta kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi
di negara-negara Amerika Latin.
Dalam pandangan menlu Jonh Quincy
Adams, ekspansi lebih lanjut tidak akan membawa akhir yang
membahagiakan bagi AS. Doktrin Menroe, menurut Adams,
memang merupakan kemenangan diplomatik
bagi AS dalam jangka pendek. Dalam perkembangan lebih lanjut, negara-negara
Amerika Latin yang diuntungkan oleh adanya
Doktrin Monroe tidak sepenuhnya dapat dipengaruhi oleh kebijaksanaan politik luar
negeri AS.
Ketika permintaan bantuan beberapa Negara Amerika Latin terhadap AS ditotak oleh Presiden Monroe menolaknya, negara-negara
tersebut minta
berkiblat kepada Inggris.
Spanyol dan
Perancis memang tidak mengklim
kembali bekas koloni-koloninya di Amerika
latin. Namun demikian, selama dua dekade ke depan negara- negara Eropa
termasuk Inggeris mendudukai kawasan Amerika Latin kembali tanpa adanya
hambatan yang berarti
dari AS.
Dalam hubungannya
dengan kepentingan Rusia di Amerika, Doktrin Monroe
memiliki dampak positif. Menlu
Adams, sebagai diplomat ulung
mempu memanfaatkan doktrin tersebut
untuk menyepakai sebuah konvensi
dengan Rusia tahun 1824. Dalam konvensi tersebut Tsar
Rusia menyerahkan
klaimnya atas
pantai barat Amerika Serikat dan menerima perbatasan sebelah selatan sepanjang 54 derajat bagi orang-orang Rusia-Amerika. Rusia juga menanggalkan klaimnya atas Oregon dan San Fransisco. Sebaliknya AS berjanji untuk mengatur kembali hubungannya dengan penduduk New England di Canada yang kerap menjual senjata genggam dan
minuman keras kepada
penduduk Indian di Amerika Serikat.
Dalam jangka panjang
konvensi tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas kepada
pedagang-pedagang Amerika
di sepanjang pantai barat, sebaliknya Rusia bisa diusir dari Oregon yang kemudian dijadikan daerah eksplorasi
oleh
orang-orang Inggeris dan Amerika.
Setelah Adams terpilih sebagai presiden AS tahun 1825, beberapa kemenangan
diplomatik diperolehnya. Pada
tahun 1827, Konvensi tahun 1818 mengenai Oregon diperbarui yang
memungkinkan terbuka luasnya kesempatan bagi orang-orang Amerika untuk mengeksploitasi daerah
tersebut. Dalam perundingan
lainnya dengan Inggris, Adams memaksa
Inggris
untuk mengakui kedaulatan
Amerika atas sumber hutan
dan lahan peitanian
di Oregon.
2.4 Pelaksanaan Aneksasi
Texas
Aneksasi
Texas dari
Mexico tahun 1845 dilatar belakangi oleh kondisi Texas sebagai tempat migrasi besar-besaran warga
AS ke
kawasan tersebut. Di Texas, kaum migran AS mengolah lahan
pertanian
untuk memproduksi katun dan gula. Hasil pertanian tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya
dan
menjadi penyumbang cukup besar
bagi perekonomian Texas.
Penduduk
AS
yang merasa tidak suka
dengan
pemerintahan Mexico dibawah presiden Santa Anna
mampu melepaskan diri dari Mexico dan kemudian mendirikan
Republik Texas tahun
1836. Republik baru
tersebut berada
di bawah protektorat Inggris yang
merupakan saingan AS di benua Amerika.
Dengan demikian, AS sangat berkepentingan dengan Presiden AS, John Tyler, sangat menaruh perhatian pada
status Texas. Texas yang dilindungi oleh Inggeris tentu saja
bisa merupakan ancaman
bagi ambisi AS untuk menyatukan
wilayah pantai Timur
(Atlantik)
dan
pantai Barat (Pasifik). Presiden Tyler
memanfaatkan issu
Texas untuk kepentingan
politiknya, yaitu untuk memperoleh dukungan dari
Partai
Demokrat yang bersifat ekspansionis dan kontinentalis yang ditentang oleh Partai Whig. Presiden Tyler
yang berasal dari
Partai
Whig
harus mampu menarik dukungan
dari lawan politiknya.
Setelah melalui perdebatan panjang di parlemen ditengah-tengah persaingan antara
Partai Whig dan Demokrat serta antara politikus dari Selatan dan Utara, Presiden Tyler berhasil menyatukan Texas ke dalam Union. Sebuah resolusi dalam Kongres berhasil menyepakati aneksasi Texas dan ditandatangani oleh Presiden Tyler tanggal
5 July 1845. Pengambilalihan Texas
yang
luasnya 267.339 mil persegi belum memuaskan nafsu
orang-orang Amerika untuk menguasai sisa-sisa imperium Spanyol di Amerika Utara. Bahkan sebagaian kelompok
ekspansionis
bermimpi untuk
memperoleh Cuba dan Amerika Tengah.Untuk
memenuhi keinginan rakyat Amerika Predsiden AS yang baru James K Polk mencoba
mendekati Mexico dengan mengirim diplomat-diplomat ulungnya untuk merundingkan kemungkinan pembelian
California dari Mexico.
Tawaran
tersebut. tentu saja
ditolak Mexico, yang
baru saja kehilangan Texas. Dengan cara mengkritik ketidakstabilan politik di Mexico dan ketidakmampuan menjalankan pemerintahan di California Polk
memaksa Mexico untuk menyelesaikan persoalan melalui
peperangan. Ketika beberapa pasukan
kavalerinya tewas di daerah perbatasan, Polk segera mendekati Kongress dan menyatakan bahwa pasukan
Mexico telah melintasi perbatasan AS dan mengancam kedaulatan AS serta membuat orang-orang Amerika berdarah serta mengotori tanah AS.
Berkat kepiawaian Presiden Polk
mempengaruhi Kongres maka keluarlah persetujuan dari Kongress bahwa
dengan tindakan
Mexico tersebut maka AS berada dalam keadaan perang dengan Mexico. Texas dan beberapa negara bagian yang dilintasi Sungai Mississippi, yang
menginginkan ditingkatkannya jumlah perbudakan, mengerahkan sejumlah 49.000 pasukan. Akibatnya, Mexico mengalami kekalahan
total dan terpaksa menandatangani Perjanjian Guadalupe Hidalgo tahun 1848. Dalam perjanjian tersebut Mexico menarik klaimnya atas Texas dan menyerahkan New Mexico dan California serta mengakui
Rio De Grande sebagai perbatasan kedua negara.
Seluruh daratan Amerika
seperti terlihat
sekarang
berhasil
dipersatukan tahun 1853 setelah AS mernperoleh tambahan wilayah di sebelah selatan California yang berbatasan dengan Mexico tahun 1853 di sebelah selatan, dan Oregon di utara yang ditandatangani dengan Inggeris tahun 1846. Upaya diplomatik yang didukung oleh kekuatan ekonomi
dan militer telah berhasil
membentuk imperium Amerika Serikat di Amerika Utara menggantikan kekuatan Eropa yang
semula dipegang oleh Inggeris, Perancis, Rusia dan Spanyol. Sampai
tahun 1917 AS telah
membentuk Imperium
di Amerika hingga Asia pasifik.
BAB 3. SIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sejarah diplomasi Amerika Serikat pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19 ditandai dengan ekspansi wilayah ke bagian barat dan selatan. Kegiatan ekspansi Amerika Serikat tersebut berhadapan
dengan negara imperialis Eropa seperti Inggris,
Perancis, dan Spanyol. Perluasan wilayah sebenarnya telah dilakukan pada jaman kolonial. Pada
jaman tersebut para pionir Amerika menjelajah ke arah
barat untuk membuka lahan-lahan
baru hingga ke pengunungan Appalachian. Pada tahun 1800
Spanyol menyerahkan wilayah Lousiana, suatu kawasan antara Sungai
Missisippi dan Pegunungan Rocky kepada Perancis.
John
Quincy Adams merupakan menteri luar negeri Amerika Serikat terpopuler.
Politik
luar negerinya menunjukkan semangat kesatuan nasional Amerika Serikat. Sebagai menlu di bawah Presiden
baru, James Monroe (1817-1825) dan anak presiden
AS kedua, Adams berusaha
mengimplementasikan sentimen
kesatuan nasional dalam politik luar negerinya yang
independen. Perjanjian yang disebut Transkontinental Treaty merupakan salah satu kemenangan diplomatik Adams yang
terbesar dalam karir diplomatiknya. Bagi Amerika Serikat,
perjanjian tersebut merupakan jalan pembuka yang
lebih luas ke arah Pasifik dan Amerika Latin.
Pada tanggal 2 Desember 1823 Presiden Monroe mengirimkan pesan pada Kongress mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS
yang terkenal dengan
sebutan Doktrin Monroe. Doktrin Monroe merupakan sarana bagi Amerika Serikat untuk
mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara
Eropa atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut
dianggap bermanfaa bagi kepentingan negara-negara
di Amerika Latin.
Aneksasi
Texas dari
Mexico tahun 1845 dilatar belakangi oleh kondisi Texas sebagai tempat migrasi besar-besaran warga
AS ke
kawasan tersebut. Di Texas, kaum migran AS mengolah lahan
pertanian
untuk memproduksi katun dan gula. Berkat kepiawaian Presiden Polk
mempengaruhi Kongres maka keluarlah persetujuan dari Kongress bahwa
dengan tindakan
Mexico tersebut maka AS berada dalam keadaan perang dengan Mexico.
DAFTAR PUSTAKA
------.
2005. Garis Besar Sejarah Amerika.
Biro Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri A.S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar