PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan
Dosen Pengampuh Dr.
Suranto, M. Pd
Paper
Oleh:
NUR MA’RIFA 120210302087
KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1.
Hakekat
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Program
Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis
masalah merupakan suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya
masalah nyata, a real-world problems
sebagai konteks bagi mahasiswa untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan
masalah dan memperoleh pengetahuan.Strategi belajar berbasis masalah merupakan
strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan
praktis sebagai pijakan-pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa
belajar melalui permasalahan-permasalahnnya.
Menurut Teacher dan Educational Development, (2002;02) Program
Based Learning yaitu suatu metode pembelajaran dimana
pembelajar bertemu dengan suatu masalah yang tersusun sistematis yang terpusat
pada pembelajar dan proses refleksi. Model
pembelajaran berdasarkan masalah ini diambil berdasarkan banyaknya masalah yang
membutuhkan masalah yang autentik, yakni penyelidikan yang membutuhkan
penyelesaian nyata dari permasalahan tersebut.
Peran guru dalam Program Based Learning (PBL) adalah menyodorkan berbagai masalah
autentik, memfasilitasi penyelidikan siswa, dan mendukung pembelajaran siswa. Program Based Learning (PBL) tidak mungkin terjadi kecuali guru
menciptakan lingkungan kelas sehingga terjadi pertukaran ide-ide. Esensi Program Based Learning (PBL) berupa menyuguhkan berbagai situasi
bermasalah yang autentik dan bermakna pada siswa, yang berfungsi sebagai batu
loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Dengan kata lain esensi Program Based Learning (PBL) melibatkan presentasi situasi-situasi
yang autentik dan bermakna, yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi
dan penyelididkan siswa. Ciri-Ciri dari Program Based Learning
(PBL) adalah
1.
Pengajuan pertanyaan atas masalah harus
otentik, jelas, mudah dipahami, luas dan sesuai tujuan pembelajaran serta bermanfaat. Alih-alih
mengorganisasikan pelajaran diseputar prinsip akademis atau keterampilan
tertentu, Program Based Learning (PBL) mengorganisasiakn
pelajaran diseputar pertanyaan atau masalah yang penting secara sosial dan
bermakna secara personal bagi siswa. Mereka menghadapi persoalan kehidupan
nyata yang tidak dapat diberi jawaban yang sederhana.
2.
Berfokus pada keterkaitan antara
disiplin ilmu yang diajukan hendaknya melibatkan disiplin ilmu. Meskipun Program Based Learning (PBL) dapat dipusatkan
pada subjek tertentu, tetapi masalah yang diinvestigasi dipilih karena
solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek.
3.
Penyelidikan autentik (nyata) dalam penyelidikan siswa
menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan merumuskan masalah,
mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil
akhir.
4.
Menghasilkan produk dan memamerkannya,
siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan
hasil karyanya. Membantu siswa untuk mengkonstruksikan bentuk dalam bentuk
artefak dan exhibit yang menjelaskan atau merepresentasikan solusi mereka.
5.
Kolaboratif, tugas-tugas belajar berupa
masalah diselesaikan bersama-sama antar siswa. Bekerja sama memberikan motifasi
untuk keterlibatan secara berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan
meningkatkan kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan dialog bersama dan
untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.
2.
Alasan
Pemilihan Metode Program Based Learning
(PBL)
Dengan pelaksanan Metode
Program Based
Learning (PBL) dapat membantu pendidik memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, dapat membantu peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan ketrampilan
intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom
dan mandiri.
PBL
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi ada
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa yang
hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafasl metri
pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari
dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL
Menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, Artinya tanpa
masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Pemecahan
masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan
induktif.
3.
Langkah-Langkah
Penerapan Program Based Learning
(PBL)
Dalam Pembelajaran
Pembelajaran
suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis model dilaksanakan
dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap
langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
a.
Konsep Dasar (Basic Concept)
Jika dipandang
perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link
dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran
dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih
jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta didik memperoleh kunci utama
materi pembelajaran, sehingga tidak ada kemungkinan terlewatkan oleh peserta
didik seperti yang dapat terjadi jika peserta didik mempelajari secara mandiri.
Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar
saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara mandiri secara
mendalam.
b.
Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah
ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam kelompoknya,
peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang
dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide,
dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang
sama dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta
mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.
Selain itu,
setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario
tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik
yang mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada
bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam
permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan
dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua,
melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga,
menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk
mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang
diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya
dengan memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan
memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja
yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk
menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini,
maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
c.
Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah
mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang
dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau
bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan
utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas,
dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas
dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Di luar
pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuan
dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan
saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah
mereka bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang
didiskusikan, sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap
permasalahan yang dihadapi.
d.
Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)
Setelah
mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam
kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Tiap kelompok
menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil pembelajaran
mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk
mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam
pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan
kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik
mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
e.
Penilaian (Assessment)
Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan
laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan
pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam
diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran
yang bersangkutan.
Sebelum memulai proses
belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta
mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang
peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas
guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta
didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat
dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah,
keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang
dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan
peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan
dasar dan materi pembelajaran.
Tahapan-Tahapan Model PBL
Fase 1: Mengorientasikan
Peserta Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan
dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru.
serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini
sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti
dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan
dalam proses ini, yaitu sebagai berikut:
a.
Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari
sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana
menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang
mandiri.
b.
Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak
mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
c.
Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini),
peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru
akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus
berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
d.
Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik
akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.
Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua
peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan
menyampaikan ide-ide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan
Peserta Didik untuk Belajar
Di samping
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong
peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan
kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik dimana
masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat
digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya
interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan
sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan
pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan
peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas
penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah
mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan
penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian
terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu
Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL.
Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang
berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni
pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan
pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat
penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka
betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia
seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang
masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah
yang dapat dipertahankan. Setelah peserta didik mengumpulkan
cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki,
selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan,
dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik
untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru
juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan
Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan
menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar
laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan
pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah
dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan
artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya
adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator
pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta
didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat
menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan
Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam
PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka
gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
Sistem Penilaian
Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan
laporan.
Penilaian
terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan
penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill,
yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim,
dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut
ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian
pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang
sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat
kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara
evaluasi diri (self-assessment), Penilaian
yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil
pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh
pebelajar itu sendiri dalam belajar dan peer-assessment, Penilaian di
mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil
penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman
dalam kelompoknya. Penilaian yang relevan dalam
PBL antara lain berikut:
a.
Penilaian kinerja peserta didik, Pada
penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau
mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis
karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu
masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
b.
Penilaian portofolio peserta didik, Penilaian
portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya
terbaik peserta didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam
penghargaan, atau bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam
suatu mata pelajaran.
Dari
informasi perkembangan itu peserta didik dan guru dapat menilai kemajuan
belajar yang dicapai dan peserta didik terus berusaha memperbaiki diri.
Penilain dengan portofolio dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang
dilakukan secara kolaboratif. Penilaian kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan
cara evaluasi diri (self assesment) dan peer assesment.
Self
assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap
usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin
dicapai oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer assessment
adalah penilian dimana peserta didik berdiskusi untuk memberikan penilaian
upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang diselesaikan sendiri maupun teman
dalam kelompoknya.
c.
Penilaian Potensi Belajar, Penilaian yang
diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur kemampuan
yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang lebih
maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.
d.
Penilaian Usaha Kelompok, Menilai
usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat
dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan
yang sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya.
Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah
adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil
pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian
proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut,
penilaian ini antara lain: 1). assesment kerja, 2). assesment
autentik dan 3). portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat
bagaimana peserta didik merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana
peserta didik menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya.
Penilaian
kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan
dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat
dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya, maka
di samping pengembangan kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran
yang sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan kerangka berpikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya
untuk bagaimana belajar (learning how to learn).
Dengan
kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudah
beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai
dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk
menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan
bermakna.
Tahap
evaluasi pada PBM terdiri atas tiga hal : 1. bagaimana peserta didik dan
evaluator menilai produk (hasil akhir) proses 2. bagaimana mereka menerapkan
tahapan PBM untuk bekerja melalui masalah 3. bagaimana peserta didik akan
menyampaikan pengetahuan hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk
pertanggungjawaban mereka belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian atau
respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan
atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal
lainnya. Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan masalah oleh peserta
didik maupun dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja bersama
pihak lain).
4.
Kelebihan Metode Program
Based Learning (PBL)
Keunggulan penggunaan metode pembelajaran Program Based Learning (PBL) menurut Sanjaya (2010) adalah
a.
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik
yang cukup bagus untuk lebih memahani isi pelajaran.
b.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang
kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
e.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu
siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah juga dapat
mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses
belajarnya.
f.
Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa
memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan
cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya
sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g.
Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih
menyenangkan dan disukai siswa.
h.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
i.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
j.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat
mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal berakhir.
5.
Kelemahan Metode Program
Based Learning (PBL)
Kelemahan penggunaan metode pembelajaran Program Based Learning (PBL) menurut Sanjaya (2010) adalah
a.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang diipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b.
Keberhasilan strategi pembelajaran problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.
DAFTAR
RUJUKAN
Anonim. 2011. Problem Based Learning. [serial online]
http://akulutcu.blogspot.com/2011/05/problem-based-learning.html. [diakses
pada tanggal 1 November 2014]
Anonim. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
[serial online]
http://saepulohnawawi.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran- berbasis-masalah.html. [diakses pada tanggal 1 November 2014]
Anonim. 2010.
Metode Pembelajaran Problem Solving. [serial online]
http://hermanuny.blogspot.com/2010/10/metode-pembelajaran-problem- solving-dan.html. [diakses pada tanggal 1 November 2014]
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar