Rabu, 17 Desember 2014

METODE PEMBELAJARAN INKUIRI



METODE PEMBELAJARAN INKUIRI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M. Pd

Paper


Oleh:

NUR MA’RIFA        120210302087

KELAS B




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1.   Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri Menurut Para Ahli
Adapun beberapa pengertian mengenai Metode Pembelajaran Inkuiri menurut paha ahli sebagai berikut:
1.      Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan “inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis”.
2.      Sanjaya (2008:196) berpendapat bahwa “strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”.
3.      Syaiful Sagala (2011:196), Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
4.      Aziz (Ahmad, 2011), Metode inkuiri adalah metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan  masalah-masalah dalam kehidupannya.
5.      Winataputra (1992) menambahkan pengertian pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode yang dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains sebagai para saintis mempelajari dunia alamiah.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran inkuiri adalah  suatu metode pembelajaran yang menekankan siswa dalam memperoleh informasi dengan cara  proses berpikir logis dan analitis untuk memecahkan suatu masalah.
2.   Konsep Dasar Metode Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2012), metode pembelajaran Inkuiri adalah strategi pembelajaran inkuiri, yakni rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah strategi inkuiri dikembangkan (Sanjaya, 2012:197). Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran inkuiri yang menurut Sanjaya (2012: 197) adalah  strategi pembelajaran inkuiri yang meliputi:
1.      Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2.      Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang ditanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses Tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam menggunakan tekhnik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
3.      Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya mnguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal, namun sebaliknya siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Metode pembelajaran inkuiri yang disebut Strategi pembelajaran inkuiri oleh Sanjaya (2012) merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Sanjaya (2012) mengatakan strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala:
1.      Guru mengaharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
2.      Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3.      Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4.      Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
5.      Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6.      Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk mengguanakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

3.   Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Secara umum Sanjaya (2012: 199)  mengemukakan bahwa proses pembelajaran dengan mengguanakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar  siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam strategi pembelajaran ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengkondisikan agar siswa tiap menerima pelajaran , pada langkah orientasi dalam SPI , guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkan orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan stratgi pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah; tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah
1)      Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
2)      Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakuakn oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
3)      Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

b.      Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu. Dikatakan teka teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa halyang harus diperhatiakan dalam merumuskan masalah, diantaranya:
1)      Masalah hendaknya dirumusakn sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
2)      Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka teki yang jawabannya pasti. Artinya guru dapat mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
3)      Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakalaia belum paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.

c.       Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat berpengaruh oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.

d.      Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektal. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran gutu dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakal siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakbergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga meraka terangsang untuk berpikir.

e.       Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atau jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

f.       Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumukan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak focus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
4.   Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Pada awalnya strategi pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu alamm (natural science). Namun demikian, para ahli pendidikan ilmu social mengadopsi strategi inkuiri yang kemudian dinamakan inkuiri social. Hal ini didasarkan pada asumsi pentingnya pembelajaran IPS pada masyarakat yang semakin cepat berubah, seperti yang dikemukakan Wilkins (1990:85) yang menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berpikir. Terjadinya ledakan pengetahuan, menurutnya, menuntut perubahan pola mengajar dari yang hanya sekedar mnegingat fakta yang biasa dilakukan melalui strategi pembelajaran dengan metode kuliah (lecture) atau dari metode latihan (drill) dalam pola tradisional, menjadi pengembangan berpikir kritis  (critical thinking). Strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir itu adalah strategi inkuiri sosial.
Menurut Joyce (2000), inkuiri social merupakan strategi pembelajaran pembelajaran dari kelompok social (social falimy) subeklompok konsep masyarakat (concept of society). Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikann bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itulah siswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakat.
Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa. Menurut Joyce (2000), lebih dari satu abad istilah inkuiri mengandung makna sebagai salah satu usaha kea rah pembaruan pendidikan namun demikian, istilah inkuiri sering digunakan dalam bermacam-macam arti. Ada yang mengguanakannya berhubungan dengan mengembangkan strategi belajar yang berpusat pada siswa, ada juga yang menghubungkan istilah inkuiri dengan mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan dan merefleksikan sifat-sifat kehidupan sosial, terutama untuk melatih siswa agar hidup mandiri dalam masyarakat.
Selanjutnya ada tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri social. Pertama, adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri. Ketiga, penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis. Dari karakteristik inkuiri seperti telah diuraikan diatas, maka tampak inkuiri social pada dasarnya tidak berbeda dengan inkuiri pada umumnya. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji adalah masalah-masalah social atau masalah kehidupan masyarakat.

5.   Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inkuiri
Di dalam pembelajaran inkuiri ini, terdapat beberapa keunggulan dan juga kelemahan dalam penerapannya. Adapun keunggulan dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Keunggulan
Keunggulan metode pembelajaran inkuiri yang diungkap Sanjaya (2012) ialah strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
1)      Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2)      Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3)      Strategi pembelajarn inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4)      Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

b.      Kelemahan
Kelemahan metode pembelajaran inkuiri yang diungkap Sanjaya, (2012: 208) menyatakan bahwa disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inkuiri mempunyai kelemahan, diantaranya:
1)      Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2)      Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3)      Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4)      Selama kriteria keberhasilan belajar  ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

6.   Alasan Pemilihan Metode
Alasan saya memilih metode ini karena sudah sesuai dengan metode yang ditetapkan dalam kurikulum 2013. Metode ini sangat efektif dilaksanakan dalam pembelajaran sejarah karena peserta didik dituntut lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan peserta didik lebih banyak belajar sendiri serta dapat mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah yang diperolehnya. Dalam penerapannya metode ini akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kondusif sertadapat mempermudah proses pembelajaran.
Dengan pembelajarn metode ini peserta didik akan diasah untuk berfikir secara kritis dan edukatif. Peserta didik diminta untuk mandiri dalam proses pembelajaran dan membangun pengetahuan yang sudah diperolehnya terlebih dahulu. Peran siswa dalam pembelajaran mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Pembelajaran ini merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar,  tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

7.   Inkuri dan Pembelajaran Sejarah
Pendekatan sosial perlu dikembangkan mengingat proses-proses sosial akan dialami oleh anak didik sehingga kegiatan belajar mengajar harus membantu anak didik untuk mengembangkan kemampuan hubungan dengan masyarakat dan hubungan antarpribadi. Strategi pembelajaran inkuiri sosial memungkinkan siswa berpikir dan mencari fakta-fakta, informasi, atau data yang mendukung pembuktian hipotesis dalam situasi bebas dan terarah. Peranan guru dalam metode pembelajaran ini (Trianto, 2007:136) adalah
a.    Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir.
b.   Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
c.    Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
d.   Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
e.    Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
f.    Manajer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.
g.   Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Guna mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri sosial beberapa cara dapat digunakan untuk membangkitkan episode inkuiri antara lain (Wahab, 2007:99):
a.    Inkuiri didasarkan kepada artefak yaitu benda-benda hasil kepandaian manusia. Misalnya siswa diminta mempelajari makna simbol yang terdapat pada mata uang bangsanya.
b.   Inkuiri berdasarkan situasi masalah yang diminta pemecahannya. Contohnya perilaku pemecahan masalah.
c.    Inkuiri berdasarkan isu-isu yang kontroversial atau kejadian sekarang. Misalnya adanya protes dari penduduk sutau wilayah tentang kurangnya perhatian terhadap peninggalan-peninggalan pada jaman prasejarah.
d.   Inkuiri berdasarkan pada konsep-konsep yang ditemukan dalam pelajaran. Misalnya mempelajari bagaimana kontak dengan budaya lain mempengaruhi cara kehidupan. Misalnya kontak-kontak yang dilakukan oleh suku terasing dengan kelompok masyarakat lain dan pengaruhnya terhadap suku terasing tersebut.
e.    Inkuiri yang didasarkan pada potret dan ilustrasi. Gambar dan ilustrasi berfungsi untuk meningkatkan ketelitian terhadap konsep yang dikemukakan dalam buku teks Sejarah. Untuk itu misalnya guru dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa, 1. Apa hubungan antara gambar/ilustrasi tersebut dengan materi yang kita bicarakan?
Sebagai contoh penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran (Wena, 2009:84):
Sebagai contoh penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran Sejarah dengan topik “Peninggalan-peninggalan Di Jaman Prasejarah”.
Tabel
No.
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1.
Orientasi
a.       Menjelaskan topik dan tujan, yaitu tentang peninggalan prasejarah
b.      Memberikan contoh beberapa peninggalan prasejarah.
c.       Membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap prninggalan prasejarah
d.      Merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan berkaitan peninggalan prasejarah.
e.       Membimbing untuk mengkaji hubungan antar data yang ditemukan terkait peninggalan prasejarah.
a.       Memahami topik dan tujuan tentang peninggalan prasejarah
b.      Menerima contoh beberapa peninggalan prasejarah.
c.       Melakukan analisis terhadap prninggalan prasejarah.

d.      Melakukan tanya jawab berkaitan peninggalan prasejarah.

e.       Mengkaji hubungan antar variable/data pada contoh kasus yang ditemukan terkait peninggalan prasejarah.
2.
Merumuskan Masalah
a.       Membantu siswa mengembangkan hipotesis terkait peninggalan prasejarah.
b.      Membantu siswa menguji kebenaran atas data-data yang terkumpul terkait dengan peninggalan prasejarah.
c.       Membantu siswa mencari fakta/bukti atas hipotesis yang diajukan.
a.       Mengembangkan hipotesis terkait peninggalan prasejarah.

b.      Menguji kebenaran data-data dengan memanfaatkan media yang ada (buku, internet)
c.       Mencari fakta/bukti atas hipotesis yang diajukan.

3.
Merumuskan hipotesis
a.       Membimbing untuk mengklarifikasi dan mendefinisikan hipotesis.
b.      Membimbing siswa merumuskan hipotesis
a.       Melakukan klarifikasi hipotesis.

b.      Merumuskan hipotesis
4.
Pengumpulan Bukti dan Fakta
a.       Membimbing siswa untuk mengumpulkan fakta dan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung hipotesis melalui buku, internet, dan sebagainya
b.      Membimbing siswa cara-cara mengumpulkan fakta, bukti, data yang mendukung hipotesis.
c.       Mendorong siswa melakukan untuk belajar meverivikasi, mengkategorikan data.
a.       Melakukan pengumpulan data, fakta, bukti yang mendukung hipotesis melalui buku, internet, dan sebagainya

b.      Mengumpulkan fakta, bukti, data yang mendukung hipotesis.

c.       Melakukan verifikasi, kategori data.
5.
Menguji Hipotesis
a.       Membantu siswa memperluas hipotesis yang diajukan.
b.      Membantu mengkaji kualitas dan kekurangan hipotesis.
c.       Meyakinkan siswa atas kebenaran/fakta yang menjadi jawaban dari rumusan hipotesis dan dari data-data yang telah terkumpul
a.       Memperluas hipotesis yang diajukan.

b.      Mengkaji kualitas dan kekurangan hipotesis.


c.       Menerima kebenaran/fakta yang menjadi jawaban rumusan hipotesis dan dari data-data yang telah terkumpul.
6.
Merumuskan Kesimpulan
a.       Membantu siswa mengungkapkan penyelesaian masalah yang dipecahkan, yaitu dengan memberikan kesimpulan atas beberapa hasil uji hipotesis
b.      Membimbing siswa untuk mencoba mengembangkan beberapa kesimpulan.
c.       Membimbing siswa untuk menganalisis masing-masing kesimpulan yang telah dibuat.
d.      Membimbing siswa untuk memilih pemecahan masalah yang paling tepat
a.       Mengungkapkan penyelesaian masalah yang dipecahkan, yaitu memberikan kesimpulan  atas beberapa hasil uji hipotesis

b.      Mengembangkan beberapa kesimpulan.

c.       Melakukan analisis atas masing-masing kesimpulan yang telah dibuat.
d.      Melakukan pemilihan pemecahan masalah yang paling tepat

DAFTAR RUJUKAN

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sudrajat, Akhmad. 2011. Pembelajaran Inkuiri. [serial online]
Yulianto, Toto. 2013. Metode Inkuiri. [serial online]


1 komentar: