Rabu, 17 Desember 2014

Perkembangan Sosialisme




PERKEMBANGAN SOSIALISME

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampuh Dr. Suranto M. Pd


Paper


Oleh:

NUR MA’RIFA        120210302087

KELAS B





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014



1.    Konsep Dasar Sosialisme
Secara etimologi Sosialisme (sosialism) yaitu berasal dari bahasa Perancis. Sosialisme sendiri berasal dari kata social yang berarti kemasyarakatan. Konsep dasar dari sosialisme sebenarnya telah dikembangkan oleh Plato dalam bukunya republikca. Plato menggambarkan bahwa penguasa tidak mempunyai kekayaan pribadi, semua yang dimiliki negara baik itu hasil produksi maupun konsumsi dibagikan dengan rata kesemua rakyat yang ada di negara tersebut (Willian Ebenstein, dkk, 1990:221). Kekuasaan yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat tergambar jelas dalam konsep Plato tersebut. Bisa jadi konsep ini yang menjadi landasan dari pemikiran atas lahirnya paham sosialisme di Eropa kala itu.
Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Robert Own, adalah orang pertama yang menggunakan kata sosialisme dan dikenal sebagai pelopor sosialisme di Inggris (Henry, 2002:511). Dia adalah seorang pengusaha kapas yang kaya raya yang mengawali kariernya dengan menjadi seorang penjaga toko. Pemikirannya tentang sosialisme dituangkan dalam buku berjudul “A View of Society, an Essay on the Formation of human Character”. Dalam bukunya tersebut, ia menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia dan berusaha mencari cara dengan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.
Robert Own mengusulkan kepada pemerintah untuk mengganti kompensasi mereka kepada para buruh miskin dengan membangunkan sebuah perkampungan yang layak yang dilengkapi dengan unit industri yang bisa mereka gunakan untuk memproduksi barang-barang kebutuhan sehari-hari mereka. Unit kerja ini berguna untuk melatih para buruh lebih mandiri dan tidak bergantung pada kaum kapitalis yang menguasai perindustrian.
Tokoh-tokoh yang merupakan perintis Sosialis selain Robert Own yaitu terdapat Karl Heinrich Marx, St Simon, dan Thomas Moore. Karl Heinrich Marx menciptakan sosialisme berdasarkan atas ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan sosialisme secara radikal. Karya Karl Marx yang terkenal adalah “Das Kapital” yang menyatakan bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas dan pemenang dari peperangan itu adalah kaum proletar (kaum buruh). Sosialisme pada masa penjajahan banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi. Paham sosialisme semakin banyak berpengaruh setelah konsep ini dijadikan sebagai salah satu senjata menghadapi kolonialisme dan imperialisme.
Di Negara-negara Asia-Afrika, banyak pemimpin yang tertarik dengan ajaran sosialisme. Sedangkan St. Simon merupakan bapak sosialisme. Dia adalah orang pertama yang menyerukan perlunya sarana-sarana produksi agar dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Dan Thomas Moore adalah seorang sosialis Utopis. Menurutnya sosialisme merupakan reaksi dari kapitalisme. Sosialisme hanya dapat mengambangkan dirinya di negara dengan tradisi liberal yang sudah berkembang, sedangkan di negara yang tidak memiliki tradisi ini, maka sosialisme akan berubah menjadi faisme.
Umumnya sosialisme itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Sosialisme muncul karena reaksi terhadap liberalisme dan kapitalisme pada abad ke-19. Tahun 1750-1840 di Eropa terjadi revolusi industri yang diawali oleh Inggris, ditandai dengan perubahan dari produksi yang dulunya dikerjakan dengan tangan manusia menjadi dikerjakan dengan mesin-mesin (Dellier, 1999:188). Akibat dari revolusi industri ini adalah munculnya industri besar-besaran, Lahirnya kelompok borjuis dan buruh, urbanisasi dan lahirnya kapitalisme modern. Dampak paling mencolok dari revolusi industri ini adalah kesenjangan antara kaum buruh dan kaum borjuis.
Nasib mereka tidak dipedulikan oleh majikannya, mereka harus hidup di perumahan kumuh dan mengais-ngais makanan. Mereka diekploitasi, jam kerja mereka dalam sehari bisa lebih dari 12 jam (Willian Ebenstein,dkk, 1990:117).  Revolusi sosial yang meletus di Inggris pada awal abad ke-19 ini akhirnya melahirkan sebuah paham baru yang mengusahakan industri di suatu negara tidak hanya dikuasai oleh individu tetapi juga harus ada ikut campur dari negara sehingga lebih demokratis dan bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat seluruhnya (Firdaus, 2007:268). Paham inilah yang kini dikenal dengan sosialime.
Sosialisme muncul di Eropa sebagai sebuah gerakan protes terhadap ekonomi kapitalis. Mereka menuntut reformasi secara sosial dan ekonomi sehingga tidak ada lagi kelas sosial dan penguasaan ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-individu pemilik modal. Francois Babeuf, seorang penulis perancis abad ke-19, berpendapat bahwa semua orang mempunyai hak yang sama pada kekayaan diatas bumi (Henry, 2002:510). Pendapat ini memperkuat bahwa pada dasarnya tidak ada kelompok pemiliki modal dan kelompok buruh yang terpisah dalam kelas-kelas sosial seperti yang terjadi pasca revolusi industri. Bahkan pendaat yang lebih ekstrim dikemukakakn oleh Henri Saint Simon yang mengusulkan penghapusan hak waris sehingga mengharuskan setiap orang untuk bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jadi, Sosialisme pada hakikatnya berasal dari gejolak dalam diri  manusia yang melahirkan kepercayaan bahwa segala penderitaan dan kemelaratan yang dihadapi harus diusahakan untuk melenyapkannya (Dellier, 1999:188).
Menurut W. Surya Indra dalam bukunya Miriam Budiarjo (1981:75) menyebutkan bahwa sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata. George Lansbury, melalui bukunya My England yang dikutip Willian Ebenstein (1990:220) menyebutkan bahwa sosialisme berarti cinta kasih, kerjasama, dan persaudaraan dalam setiap masalah kemanusiaan. Pemikiran Lansbury tentang sosialisme ini tidak bisa dilepaskan dari kekuatan agama kristen yang telah mendarah daging di masyarakat Eropa. Bagi masyarakat Eropa abad pertengahan, gereja adalah salah satu vasal yang amat kaya yang menguasai banyak harta dan tanah garapan. Semua hasil dari kekayaan gereja ini digunakan untuk memakmurkan gereja dan umat yang bernaung dibawahnya sehingga gereja tidak memiliki musuh tetapi sekutu dan pengikut yang setia.
Tujuan Sosialisme adalah untuk mewujudkan masyarakat sosialis dengan jalan mengendalikan secara kolektif sarana-sarana produksi dan memperluas tanggung jawab negara bagi kesejahteraan rakyat. Prinsip pelaksanaannya sebagai berikut:
a)      Kebebasan individu/hak sipil dijamin dan dilindungi oleh pemerintah.
b)      Jaminan keamanan ekonomi bagi semua warga melalui sistem kesejahteraan.
c)      Mencapai kesamaan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi dengan jalan peningkatan pendidikan, kebudayaan dan kebiasaan sosial.
d)     Semua keputusan ekonomi, politik, pemerintahan, dan sosial harus mendapat persetujuan para warga melalui partisipasi mereka dengan aktif.
e)      Semua sarana yang melayani keperluan masyarakat umum ada ditangan Negara.
f)       Tujuan dicapai secara demokratis, berangsur-angsur, revolusioner, etis konstitusional, dan damai.
g)      Membayar kompensasi kepada masyarakat dalam periode peralihan menuju masyarakat persemakmuran sosial.

2.    Perkembangan Sosialisme Secara Umum
Perkembangan paham sosialisme pada era-era selanjutnya mempunyai pola yang unik tergantung pada keadaan dimana paham itu berkembang. Pada dasarnya sosialisme yang murni sosialisme dapat berkembang dengan baik di negara-negara dimana tradisi lembaga liberal berkembang dengan pesat dan memiliki pengaruh yang kuat. Pendapat ini dikemukakan oleh Thomas Moore, seorang sosialis utopis, berdasarkan pengamatannya pada fenomena yang ada di negara-negara kapitalis di Eropa Barat. Sedangkan sosialisme yang berkembang di negara yang tidak mempunyai tradisi liberal yang kuat, paham ini akan bermetamorfosa menjadi fasisme seperti yang terjadi di Italia.
Dalam perkembangannya, banyak jenis aliran sosialisme yang berkembang di seluruh dunia. Namun pada umumnya  paham sosialisme yang berkembang itu masih mempunyai kesamaan dalam tuntutan mereka dalam hal kepemilikan dan kontrol bersama terhadap beberapa alat produksi tertentu yang dianggap menyangkut hajat hiduap orang banyak. Perbedaan dari paham-paham sosialisme yang ada biasanya menyangkut hal-hal dasar, seperti:
a)      Tingkat dan sejauh mana kepemilikan dan kontrol bersama terhadap miliki itu dijalankan.
b)      Doktrin ideologis dan filsofis yang menjadi dasar program-programnya,
c)      Cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan mereka (Henry, 2002:510).
Dari sekian banyak jenis sosialisme yang berkembang, terdapat dua jenis sosialisme yang berkembang pesat di dunia dan mewarnai perjalanan panjang sejarah umat manusia, yaitu sosialis-demokratis dan sosialis-komunis. Perbedaan mendasar dari keduanya adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dari sosialisme itu sendiri, yaitu mewujudkan masyarakat sosialis. Perbedaan juga kan tampak dari kehidupan ditempat paham itu diterapkan. Paham sosialism-komunis pada dasarnya lebih radikal dibanding sosialism-demokratis. Sosialisme aliran ini menggunakan metode revolusioner dan totaliter. Penganut aliran ini memilih jalan revolusi untuk mencapai cita-cita mereka, menciptakan masyaraat sosialistis. Pendistribusian dan konsumsi didasarkan pada kebutuhannya, sedangkan hak milik perseorangan dalam paham ini tidak diakui. Semua dikuasai dan hak milik atas nama negara.
Paham ini masih kuat dipengaruhi oleh filsafat Marxis. Biasanya negara yang menganut paham ini mempunyai pemerintahan yang otoriter seperti yang terjadi di Rusia. Paham sosialisme-demokrasi bisa dibilang lebih halus bila dibandingkan dengan komunisme. Paham ini menggunakan metode evolusioner dan demokratis. Untuk mencapai tujuan mereka cenderung memilih jalur evolusi, yaitu perubahan bertahap dalam jangka waktu tertentu. Pendistribusian hasil industri dan konsumsi didasarkan pada kecakapan yang dimiliki oleh perorangan, sehingga kesejahteraan ditentukan oleh usaha orang itu. Dalam masalah hak kepemilikan, perorangan diperbolehkan mempunyai hak milik akan tetapi perusahaan dan alat industri yang berhubungan dengan orang banyak harus menjadi hak milik negara dan dikelola sepenuhnya oleh negara.
Bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh mencerminkan pertumbuhan buruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial yang lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang kecil dalam perwakilannya di parlemen. Selanjutnya menjadi partai yang lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal. Banyak programnya yang berasal dari kaum sosialis,terutama dari kelompok Febiaan berhasil memperkuat posisi partai karena dapat memenuhi keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya dalam bidang (1) pemerataan pendapatan (2) distribusi pendapatan (3) pendidikan (4) perumahan.
Di Negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe reformasi liberal. Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya: ketimpangan ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum, menjadi slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi Marxisme revisionis, solidaritas kelas pekerja, dan pembentukan sosialis yang papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat untuk memperbaiki kekurangan system kapitalis.
Di negara-negara berkembang dalam masalah modernisasi ekonomi, mereka tidak suka meniru apa yang dilakukan oleh pembangunan kelompok kapitalis barat maupun komunis. Mereka menetapkan cara masing-masing yang sesuai dengan kondisi negara masing-masing namun mengadopsi sistem sosialism-demokratis. Dalam negara berkembang sosialisme dapat diartikan sebagai usaha untuk mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum, dan membangun ekonomi indstri untuk meningkatkan ekonomi dan pendidikan masyarakatnya. sedangkan di Negara berkembang sosialisme sering berjalan dengan beban tardisi pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan imperialism easing atau oleh penguasa setempat.Karena itu ada dugaan sosialisme di Negara berkembang menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap praktek otoriter dibandingkan dengan dengan yang terjadi sosialisme di Negara Barat.
Di Indonesia sampai sekarang ini dikenal sosialisme Pancasila, yaitu persenyawaan antara sosialisme dengan ideologi Pancasila yang terkandung dalam pasal 33 UUD 1945. Adapun arti sosialisme Pancasila, dapat kita simak pada rancangan Pelita yang menyebutkan sosialisme Pancasila adalah sosialisme yang bertujuan melaksanakan cita-cita bangsa Indonesia sebagai mana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yakni: Membentuk suatu pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kedamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian, sosialisme Pancasila tumbuh dan berkarya berdasarkan prinsip-prinsip Pancasila. Berikut merupakan para perintis sosialis:
a)    Robert Owen (1881-1858), Pemikirannya tentang sosialisme dituangkan dalam buku berjudul “A View of Society, an Essay on the Formation of human Character”. Dalam bukunya tersebut, ia menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Ia berusaha mencari caranya dengan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.
b)   Karl Heinrich Marx (1818-1883), Ia menciptakan sosialisme yang didasarkan atas ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan sosialisme secara radikal. Karya Karl Marx yang terkenal adalah “Das Kapital” yang menyatakan bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas dan pemenang dari peperangan itu adalah kaum proletar (kaum buruh). Sosialisme pada masa penjajahan banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi. Paham sosialisme semakin banyak berpengaruh setelah konsep ini dijadikan sebagai salah satu senjata menghadapi kolonialisme dan imperialisme. Di negara-negara Asia-Afrika, banyak pemimpin yang tertarik dengan ajaran sosialisme.
c)    St. Simon (1760-1858), Dia merupakan bapak sosialisme. Dia adalah orang pertama yang menyerukan perlunya sarana-sarana produksi agar dimiliki sepebuhnya oleh pemerintah.
d)   Thomas Moore, Dia adalah seorang sosialis Utopis. Menurutnya sosialisme merupakan reaksi dari kapitalisme. Sosialisme hanya dapat mengambangkan dirinya di negara dengan tradisi liberal yang sudah berkembang, sedangkan di negara yang tidak memiliki tradisi ini, maka sosialisme akan berubah menjadi faisme.

3.    Perkembangan Sosialisme di Indonesia
Paham sosialisme demokrat berasal dari ideologi sosialisme di negara-negara demokrasi Barat. Sedangkan sosialisme itu sendiri sebagai satu istilah diperkenalkan oleh Robert Owen (1771-1858) tahun 1827, walaupun sebagai satu fenomena sudah tumbuh di Eropa sejak abad ke-17 (Suleman, 2010:128-129). Para anggota partai buruh atau partai sosialis di negara-negara demokrasi Barat merupakan pewaris cita-cita sosialisme utopia ini. Paham atau ideologi yang dianut partai buruh atau partai sosialis inilah yang disebut dengan sosialisme demokrasi atau demokrasi sosial, sedangkan tatanan yang hendak mereka perjuangkan disebut negara kesejahteraan atau negara kemakmuran.
Sejarah sosialisme di Indonesia mulai dari sosialisme bukan merupakan paham baru di Indonesia, sosialisme didasarkan pada teori Karl Marx dan Frederick Engels, tokoh-tokoh sosialisme utopis, perkembangan sosialisme ilmiah, serta pilihan paham sosialisme untuk Indonesia. Selain itu juga mendeskripsikan tentang pelaksanaan atau aktualisme sosialisme Indonesia pada saat itu di dalam wujud pemerintahan Indonesia pada jaman Soekarno. Jelas disitu bahwa berdirinya Indonesia Merdeka adalah jembatan emas untuk selanjutnya mewujudkan cita-cita sosialisme Indonesia.
Munculnya paham sosialisme di Indonesia ini tidak lepas dari adanya golongan sosialis dari luar negeri dalam menancapkan sosialisme di negeri ini (dulu Hindia Belanda). Diperkirakan sosialisme mulai berkembang di Indonesia ketika sebuah organisasi kaum sosialis yang dibangun tahun 1914 yaitu ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda (Dekker, 1993: 33). Organisasi ini pada awalnya merupakan kumpulan dari kaum sosialis Belanda yang bekerja di Hindia-Belanda, dan dibentuk atas kegelisahan seorang sosialis Belanda yang berhadapan dengan kondisi-kondisi sosial-politik Hindia Belanda saat itu, yaitu Sneevliet atau lengkapnya Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet. Seneevliet adalah seorang aktivis buruh kereta api di negeri Belanda yang datang ke Indonesia untuk mencari pekerjaan (Lemhanas: 2005:208). Kedatangannya ke Hindia Belanda tahun 1913 telah membawanya menjadi tonggak awal dari kemunculan ide-ide Sosialisme di Indonesia.
Gerakan sosialis yang dilakukan oleh Sneevliet ini sebenarnya juga dipengaruhi oleh keadaan yang ada di luar negeri seperti peristiwa di Rusia. Menurut Baars (1991:384) bahwa dalam artikel "Kemenangan", yang merupakan teriakan gembira dari Revolusi Rusia pada bulan Februari di surat kabar Hindia bulan Maret 1917, Henk Sneevliet, pemimpin kelompok kecil sosialis yang tersisa di Hindia Belanda, menyebabkan proses politik besar pertama publik di koloni.  Atas dasar itulah, membuat keinginan Sneevliet sebagai pejuang kelas di Hindia Belanda saat itu sangat ingin untuk melakukan hal yang sama. Saat itu ISDV mengerti betul bahwa penjajahan Belanda di Indonesia dalam bentuk kolonialisme (pemerintahan Hindia Belanda) merupakan bagian langsung dari cara untuk mempertahankan Kapitalisme di Eropa dan Amerika (Imperialisme).
Tetapi mereka masih berbeda pandangan tentang apakah sudah saatnya untuk mempropagandakan ide-ide sosialisme dan mendorong kemerdekaan pada masyarakat Hindia Belanda. Pihak yang lebih moderat yang di kemudian hari berpecah dengan ISDV lebih menekankan pada tugas-tugas kajian bagi kepentingan fraksi SDAP (Partai Sosial Demokrat Belanda) di parlemen Belanda. Sneevliet akhirnya harus berkompromi, dimana selain mempropagandakan ide-ide sosialisme dan kajian-kajian bagi kepentingan SDAP, ISDV disepakati hanya berurusan dengan politik sebatas apa yang tidak dilarang oleh peraturan kolonial. Namun demikian, dalam deklarasi prinsipnya ISDV telah memasukkan prinsip “perjuangan kelas” dan makna kemerdekaan dalam tujuan organisasinya, berbeda dari organisasi-organisasi pergerakan sebelumnya yang lebih menekankan segi kebangsaan (seperti Boedi Oetomo atau Indische Partij) atau keagamaan (seperti Serikat Islam).
Fraksi Sneevliet juga mulai mempengaruhi organisasi-organisasi massa besar seperti Insulinde dan Serikat Islam. Usaha ini dilakukan karena ISDV membutuhkan pengikut sosialis dari kalangan pribumi untuk tampil memimpin dan mengorganisasikan perjuangan rakyat, sebagai suatu hal yang sulit dilakukan oleh kaum sosialis berkebangsaan Belanda. Hingga akhirnya Serikat Islam terbukti menjadi tempat yang subur bagi pertumbuhan pemikiran sosialis di kalangan pribumi, dan menjadikan gerakan berbasis massa yang diharapkan Sneevliet mendapatkan sejarahnya di Indonesia.
Sedangkan, disaat pandangan-pandangan sosialis telah mengalir deras dan meraih kepopuleran dalam tubuh SI khususnya cabang Semarang, dan setelah peristiwa revolusi Rusia 1917 yang tersiar ke pelosok dunia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia dari yang berpandangan nasionalis sampai Islam, dari Tjokroaminoto sampai Soekarno, mulai ikut gandrung untuk mempelajari karya-karya Marx dan Engels, khususnya yang berjudul Das Capital (Modal). Dan saat itu dapat dikatakan, tidak ada pemimpin pergerakan yang menolak tujuan-tujuan sosialisme secara umum (yang dianggap sebagai tujuan persamaan antara sesama manusia tanpa penindasan).
Pengusungan prinsip dan tujuan sosialisme kedalam sebuah partai politik akhirnya terjadi pada tahun 1920, yaitu hasil dari perubahan ISDV sendiri menjadi Partai Komunis Indonesia. Dalam komposisi ISDV yang sudah banyak memiliki anggota dari kaum buruh dan pribumi, momentum pendirian partai bernama komunis didorong oleh dua hal. Pertama, terbentuknya Internasional Komunis pada 1919, yang sekaligus mematenkan nama ‘komunis’ secara internasional untuk membedakan diri dari sosial-demokrat secara internasional yang berkhianat pada perjuangan kelas, lalu menggusarkan pemimpin ISDV atas nama ‘sosial-demokrasi’ yang disandangnya. Kedua, faksi yang lebih moderat dalam ISDV kemudian membentuk organ terpisah yang bernama ISDP.
Dilarangnya PKI tidak membuat pandangan-pandangan sosialisme sama sekali hilang dari dunia pergerakan. Prinsip-prinsip kesetaraan antar bangsa, ras, agama, maupun kedudukan sosial (yang awalnya diterangi oleh Sosialisme), walau dijalankan dalam praktek politik yang berbeda-beda sekaligus membingungkan, telah juga merasuk kedalam gerakan kemerdekaan nasional hingga terwujudnya di tahun 1945. Saat itu kaum yang menamakan diri sebagai sosialis memang telah berpencar kedalam berbagai organisasi dan menerapkan strategi-taktik yang berbeda-beda pula dalam menyongsong kemerdekaan nasional.
Perkembangan cita-cita sosialisme Indonesia yaitu tentang pilihan paham untuk sosialisme Indonesia dijelaskan bahwa sosialisme Indonesia lahir karena kondisi sosial kemiskinan rakyat Indonesia. Menurut Roeslan Abdulgani dalam bukunya Sosialisme Indonesia (1963) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh kaum sosial demokrat Belanda pada waktu itu juga ikut mempengaruhi perkembangan paham sosialisme di Indonesia. Setelah itu tumbuh Partai Komunis Indonesia. Upaya untuk membumikan sosialisme di Indonesia tidak bisa lepas dari membahas seputar basis masyarakat Islam di Indonesia sehingga lahirlah usaha-usaha untuk mensintesakan antara Islam dan Sosialisme itu. Lahirnya Marhaenisme sebagai usaha mencari sintesis atas sosialisme Indonesia yang dilakukan oleh Soekarno. Menurut Soekarno (2005:4) bahwa seorang Marhaen adalah orang yang mempunyai alat yang sedikit. Bangsa kita yang puluhan juta jiwa yang sudah dimelaratkan, bekerja bukan untuk orang laain dan tidak ada orang bekerja untuk dia. Marhaenisme adalah sosialisme dalam praktek.
Untuk selanjutnya, harapan pemimpin bangsa Indonesia saat itu yaitu Soekarno, berharap bahwa Indonesia akan menjadi Sosialisme. Mengingat bahwa paham ini memberikan keterbukaan akan asas kebersamaan dan kesetaraan. Dalam Aning (2005:206) disebutkan bahwa Soekarno mengatakan sebagai berikut: “dalam tahap Nasional Demokratis ini, revolusi kita telah menjebol nekolim dan feodalisme untuk dapat menyelenggarakan tata kehidupan nasional yang demokratis. Sekarang kita melangkah ke tahap selanjutnya Sosialisme Indonesia ”.
Bahkan guna memperkuat kedudukannya, maka Presiden Soekarno mengajarkan resopim (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan Nasionalis) dalam pidato memperingati hari ulang tahun RI 17 Agustus 1961. Sosialisme hanya dapat dicapai melalui revolusi yang dikendalikan oleh satu pimpinan nasional, yaitu PBR (Pemimpin Besar Revolusi). Dengan demikian, maka seluruh pejabat termasuk pimpinan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara menurut diberi pangkat menteri, sehingga kedudukannya di bawah presiden (Aning, 2005:134).
Kemudian di era perkembangan perekonomian, sosialisme juga ikut mempengaruhi adanya pemikiran-pemikiran tentang ekonomi Indonesia, salah satunya adalah Moh. Hatta. Menurut (Suleman, 2010:130) aliran sosialisme demokrasi ini memmilki peranan yang penting dalam struktur pemikiran Hatta. Dalam beberapa tulisan pentingnya, Hatta merujuk pada sosialisme Barat, khususnya prinsip perikemanusiaan, sebagai sumber pemikiran tentang demokrasi untuk Indonesia merdeka. Tentu saja yang dimaksud Hatta dengan sosialisme Barat adalah paham sosialisme demokrasi, bukan sosialisme Marx (komunis) yang menghendaki perubahan secara kekerasan (kekerasan). Perkenalan Hatta dengan paham sosialisme sudah berlangsung sejak tahun 1920.
Menurut Harsoyo dkk (2006:12) bahwa Hatta selain menggunakan istilah kolektivisme, Hatta juga menggunkan istilah sosialisme untuk mengungkapkan hal yang sama tentang masyarakat yang ada dalam idealismenya. Sungguh pun usaha ekonomi masih bisa dikelompokkan dalam tiga cabang besar yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi seperti halnya dalam masyarakat kapitalis, tetapi kelas manusia hilang dalam masyrakat sosialisme. Dalam masyarakaat sosialisme yang ada adalah pembagian fungsi pekerjaan. Diilustrasikan oleh Hatta, dalam masyarakat sosialis pekerjaan saudagar tetap ada, tetapi saudagar yang mencari keuntungan hanya untuk dirinya sendiri sudah tidak ada lagi dalam masyarakat tersebut. Tampak sekali dalam pemikiran Hatta insentif moral begitu penting peranannya dalam masyarakat. Insentif ekonomi yang berwujud keuntungan usaha tidaklah cukup. Menurut pandangan Sri Edi Swasono (dalam Haryoso dkk, 2006: 12-13), sosialisme Indonesia menurut Hatta dicirikan oleh 3 hal:
a)    Sosialisme muncul karena golongan etik agama yang menghendaki adanya persaudaraan dan tolong-menolong antar sesama. Rasa keadilan menggerakkan jiwa untuk berontak terhadap kesengsaraan hidup dan terhadap ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Visi kerajaan Allah dihadirkan dalam dalam hidup masyarakat, supaya manusia hidup dalam suasana sayang menyayangi, persaudaraan, dan bersikap adil. Dengan demikian sosialisme di Indonesia tidak mendasarkaan pada pandangan materialisme dialektik dari Marxisme.
b)   Sosialisme Indonesia merupakan ekspresi dari jiwa berontak bangsa Indonesia yang memperoleh perlakuan yang sangat tidak adil dari penjajah. Sosialisme tumbuh dan sekaligus menjiwai pergerakan menuju kemerdekaan Indonesia.
c)    Hatta yang kurang menerima pandangan Marxisme, mencari sumber-sumber sosialisme dalam masyarakat Indonesia sendiri. Hatta menegaskan bahwa dasar-dasar sosialisme Indonesia terdapat pada masyarakat desa yang kecil, yang bercorak kolektif, yang sedikit-sedikit banyaknya masih bertahan sampai sekarang.
Sebenarnya, dalam negara kita ini, yang berdasarkan sosialisme tidak begitu sukar mencari dasar-dasar tempat membandingkan masalah-masalah detail yang merupakan berbagai kesulitan dalam cara melaksanakannya. Pertama, ada pancasila yang menjadi pedoman pokok bagi kita untuk membangun negara dan masyarakat. Yang sangat disesalkan sampai sekarang ialah bahwa Pancasila ini dalam kebanyakan hal hanya diamalkan sebagai lip-service saja, tidak ditanam di dalam jiwa (Isei, 2005: 128).
Undang-undang dasar negara kita sudah dari semulanya berdasarkan kolektivisme, bedasarkan sosialisme Indonesia. Ketentuan-ketentuan ini menjadi pedoman pula bagi orang-orang atau badan politik yang menentukan politik perekonomian dan bagi pegawai pelaksana yang tugasnya mengerjakan. Apabila dijalankan sungguh-sungguh, tujuan sosialisme yang terdekat aakan tercaapai, yaitu rakyat Indonesia terlepas dari kesengsaraan hidup dan tiap-tiap orang terjamin penghidupannya.

4.    Dampak Sosialisme di Indonesia
Setiap pemikiran besar akan mempengruhi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti halnya kapitalisme, nasionalisme, sosialisme, dll. Sosialisme di kenal setelah terjadinya revolusi Prancis di Prancis. Sosialisme atau sosialism memiliki arti kemasyarakatan. Pemikiran mengenai soialisme ini sendiri membawa dampak yang besar di dunia dalam menghapuskan pemikiran mengenai kapitalisme di beberapa negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri dampak adanya pemikiran terjadi tidak hanya dalam aspek politik, tetapi juga aspek ekonomi dan sosial. Menurut Soekarno (dalam Lemhanas, 2005:208) menjelaskan bahwa sosio-nasionalisme adalah nasionalisme dalam politik dan ekonomi. Yaitu negara yang di dalamnya tiada eksploitasi manusia oleh manusia, tiada eksploitasi pula manusia oleh negara, tiada kaapitalisme, tiada kemiskinan, tiada perbudakan, tiada wanita yang setengah mati sengsara karena memikul beban yang dobel.
Dalam suatu negara yang menggunakan paham sosialis sebagai ideologinya, maka apapun yang dilakukan baik aspek ekonomi, politik, sosial,dll harus untuk kepentingan bersama terutama untuk rakyat. Sebab sosialisme ialah suatu pemikiran yang digunakan untuk menghapus kelas-kelas sosial dan sosialisme ini dalam menjalankan kehidupanya digunakan untuk kepentingan bersama. Artinya sumber daya alam, sarana-prasarana yang ada di suatu negara bisa digunakan oleh sisapa saja tanpa memandang kelas.
Di Indonesia sendiri, dalam bidang politik misalnya dapat kita ketahui pasca Kemerdekaan RI terbentuk partai yang berideologi sosialis. Partai tersebut bernama Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dibentuk dan diketuai oleh Sutan Syahrir. Awalnya partai ini merupakan gabungan dari Partai Sosialis yang diketuai oleh Amir Syarifudin dan Partai Rakyat Sosialis yang di dirikan oleh Amir Syarifudin kemudian membentuk Partai Sosialis pada tahun 1945. Setelah itu terjadilah perpecahan antara kelompok Amir Syarifudin Hingga terbentuklah partai baru yakni Partai Sosialis Indonesia yang dididrikan oleh Sutan Syahrir. Sebenarnya partai ini sama-sama berideologikan sosialis yaitu segala bentuk tindakanya berdasarkan kepentingan bersama.
Dalam Manifesto Politik RI, Soekarno berpendapat bahwa masa depan Revolusi indonesia ialah bukan Kpitalisme atau Feodalisme melainkan Sosialisme. Artinya dalam kehidupan masyarakat Indonesia harus adil dan makmur seperti yang ada dalam tujuan ideologi sosialis. Oleh sebab itu, dari pendapat Soekarno tersebut juga ada dalam Pancasila Sila ke-5 yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Masyarakat Indonesia. Dari Sila ke-5 tersebut kita juga tahu bahwa ada unsur paham sosialisme. Dalam artian saat merumuskan sila-sila dalam pancasila tersebut paham sosialisme telah digunakan dalam memikirkan sila-sila Pancasila.
Sebenarnya antara Sosialisme dan Demokrasi juga tidak dapat dipisahkan. Sosialisme dan Demokrasi sama-sama bertujuan segala bentuk aspek kehidupan berdasarkan untuk rayat, adil dan makmur. Oleh sebab itu Sistem pemerintahan di Indonesia sendiri pernah menggunakan Sistem Pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin disebut juga demokrasi terbuka yang artinya dalam hal memilih seorang pemimpin harus adil, terbuka, dan bebas. Adanya sifat yang adil dalam Demokrasi Terpimpin ini merupakan wujud dari pemikiran Sosialisme. Selin itu, dalam era moderen ini, munculnya partai Demokrat juga merupakan dampak dari adanya paham Sosialisme.
Dalam bidang sosial sendiri, dengan adanya pemikiran mengenai Sosialisme, berdampak besar pula bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang saling gotong royong misalnya juga berakar pada pemikiran sosialisme. Selain itu masyarakat di Indonesia juga tidak mengenal kelas-kelas sosial yang mencolok seperti di negara-negara yang menganut paham kapitalisme. Hal ini terbukti bahwa semua masyarakat boleh mengenyam pendidikan tanpa membedakan kelas sosialnya. Di dalam sekolah-sekolah itu juga tidak dibedakan mana kelas untuk orang kalangan atas, menengah atau bawah, semuanya sama menggunakan seragam yang sama dan mendapat perlakuan yang sama. Dalam menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh pemerintah juga dapat digunakan oleh semua masyarakat. Tidak ada transportasi umum, rumah sakit, tempat ibadah,dll untuk kalangan-kalangan tertentu, semuanya diberlakukan sama. Selain itu di dalam pasal pada UUD 1945 juga dijelaskan bahwa setiap individu berhak untuk diberi kebebasan dalam bebicara, berkumpul,beragama,dll.
Sedangkan dalam bidang ekonomi, Individu boleh memiliki harta kekayaan pribadi, seperti halnya Indonesia kecuali perusahaan-perusahaan besar dikelola oleh Negara seperti perusahaan listrik, air minum,dll. Selain itu dalam ekonomi sosialis segala bentuk perekonomian diperuntukkan untuk rakyat. Undang-undang dasar negara kita sudah dari semulanya berdasarkan kolektivisme, bedasarkan sosialisme Indonesia. Ketentuan-ketentuan ini menjadi pedoman pula bagi orang-orang atau badan politik yang menentukan politik perekonomian dan bagi pegawai pelaksana yang tugasnya mengerjakan.
Apabila dijalankan sungguh-sungguh, tujun sosialisme yang terdekat aakan tercaapai, yaitu rakyat Indonesia terlepas dari kesengsaraan hidup dan tiap-tiap orang terjamin penghidupannya (Isei, 2005:128). Di Indonesia sendiri, baik penanam modal di Indonesia, baik pengusaha dalam maupun luar negeri diatur oleh negara dalam menjalankanya. Sehingga mereka tidak berjalan secara pribadi. Kemudian dalam pasal 33 UUD 1945 juga diatur mengenai Sumber Daya Alam (SDA) merupakan milik bersama. Dari pasal tersebut terdapat unsur pemikiran Sosialisme. Jadi Sosialisme sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan Bangsa Indonesia.
Dengan pelaksanaan sistem sosialis di Indonesia, saya kurang setuju karena Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya Indra, 1979: 309). Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis (1848). Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, setelah imperialisme Belanda dengan segala kekerasan dan kekejaman menindas perlawanan-perlawanan bersenjata rakyat kita, maka kemiskinan dan kemelaratan sangat merajalela, mendalam dan merata dikalangan Rakyat Indonesia. Dalam keadaan demikian inilah kita menjumpai tumbuhnya dikalangan kaum tani di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Bojonegoro, Ngawi, Rembang, Grobogan, Pati, Kudus, dll) Saminisme adalah ajaran yang disebarkan oleh Kyai Samin alias Soerantiko, seorang petani di Blora. Walaupun ajaran Saminisme itu lebih banyak mengenai etika, tetapi dalam pandangan sosialnya terdapat fikiran-fikiran yang maju, yang oleh penjajah dipandang sangat membahayakan kedudukannya, misalnya, mereka berpendapat diantara manusia sesamanya adalah saudara, tiada hubungan saling menindas dan saling menghisap, melainkan saling bantu dan saling hormat, pendeknya gotong royong. Mereka juga berpendapat bahwa bumi dan alam adalah milik bersama, setiap orang berhak melakukan usaha-usahanya diatas buminya sendiri dan memiliki hasil kerjasamanya sendiri.
Berdasarkan fikiran inilah mereka menolak membayar pajak kepada pemerintah kolonial. Bentuk perlawanan Rakyat Indonesia secara “damai” inipun ditindas oleh kaum penjajah dengan kekerasan, beberapa pemimpin kaum Samin ditangkap dan dibuang ketempat pengasingan. Dengan tumbuhnya gerakan nasional yang dipelopori oleh klas buruh Indonesia, maka gerakan kaum Samin mengalami masa surutnya dan kini hanya merupakan suatu sekte ajaran kebatinan. Bersamaan dengan tumbuhnya gerakan klas buruh Indonesia sebagai akibat langsung dari pertumbuhan imperialisme dinegeri kita pada awal abad ke-20, maka tumbuhlah ajaran dan cita-cita Sosialisme ilmiah Marx dibumi Indonesia.










DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2012. Sosialisme. [serial online]
            http://faqihpembebas.wordpress.com/2012/06/10/sosialisme/. [diakses pada tanggal 18 Oktober 2014]
Anonim. 2014. Sosialisme. [serial online]
            http://byhistoria2012.blogspot.com/2014/03/sosialisme.html. [diakses pada tanggal 18 Oktober 2014]
Anonim. 2012. Cita-cita Sosialistis Indonesia. [serial online]
http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20120412/cita-cita-sosialistis-indonesia.html#ixzz3GSlXm2bl. [diakses pada tanggal 18   Oktober 2014]
Aning, Floriberta. 2005. 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat    Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia Di Abad 20Yogyakarta: Narasi.
Dellier Noer. 1999. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Bandung: Mizan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar