PERKEMBANGAN SOSIALISME
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampuh Dr. Suranto
M. Pd
Paper
Oleh:
NUR
MA’RIFA 120210302087
KELAS
B
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1. Konsep
Dasar Sosialisme
Secara etimologi Sosialisme (sosialism) yaitu berasal dari bahasa
Perancis. Sosialisme sendiri berasal dari kata social yang berarti kemasyarakatan. Konsep dasar dari sosialisme
sebenarnya telah dikembangkan oleh Plato dalam bukunya republikca. Plato
menggambarkan bahwa penguasa tidak mempunyai kekayaan pribadi, semua yang
dimiliki negara baik itu hasil produksi maupun konsumsi dibagikan dengan rata
kesemua rakyat yang ada di negara tersebut (Willian Ebenstein, dkk, 1990:221). Kekuasaan
yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat tergambar jelas dalam
konsep Plato tersebut. Bisa jadi konsep ini yang menjadi landasan dari
pemikiran atas lahirnya paham sosialisme di Eropa kala itu.
Istilah sosialisme pertama kali
muncul di Perancis sekitar 1830. Robert Own, adalah orang pertama yang
menggunakan kata sosialisme dan dikenal sebagai pelopor sosialisme di Inggris
(Henry, 2002:511). Dia adalah seorang pengusaha kapas yang kaya raya yang
mengawali kariernya dengan menjadi seorang penjaga toko. Pemikirannya tentang
sosialisme dituangkan dalam buku berjudul “A
View of Society, an Essay on the Formation of human Character”. Dalam
bukunya tersebut, ia menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada
pembentukan karakter manusia dan berusaha
mencari cara dengan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.
Robert Own mengusulkan kepada
pemerintah untuk mengganti kompensasi mereka kepada para buruh miskin dengan
membangunkan sebuah perkampungan yang layak yang dilengkapi dengan unit
industri yang bisa mereka gunakan untuk memproduksi barang-barang kebutuhan
sehari-hari mereka. Unit kerja ini berguna untuk melatih para buruh lebih
mandiri dan tidak bergantung pada kaum kapitalis yang menguasai perindustrian.
Tokoh-tokoh yang merupakan perintis
Sosialis selain Robert Own yaitu terdapat Karl Heinrich Marx, St Simon, dan
Thomas Moore. Karl Heinrich Marx menciptakan sosialisme berdasarkan
atas ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan sosialisme secara radikal. Karya Karl
Marx yang terkenal adalah “Das Kapital”
yang menyatakan bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas dan
pemenang dari peperangan itu adalah kaum proletar (kaum buruh). Sosialisme pada
masa penjajahan banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi. Paham sosialisme
semakin banyak berpengaruh setelah konsep ini dijadikan sebagai salah satu
senjata menghadapi kolonialisme dan imperialisme.
Di Negara-negara Asia-Afrika,
banyak pemimpin yang tertarik dengan ajaran sosialisme. Sedangkan St. Simon
merupakan bapak sosialisme. Dia adalah orang pertama yang menyerukan perlunya
sarana-sarana produksi agar dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Dan Thomas
Moore adalah seorang sosialis Utopis. Menurutnya sosialisme merupakan reaksi
dari kapitalisme. Sosialisme hanya dapat mengambangkan dirinya di negara dengan
tradisi liberal yang sudah berkembang, sedangkan di negara yang tidak memiliki
tradisi ini, maka sosialisme akan berubah menjadi faisme.
Umumnya sosialisme itu dikenakan
bagi aliran yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang berdasarkan
hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud
agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga
perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk
melayani kebutuhan masyarakat.
Sosialisme muncul karena reaksi
terhadap liberalisme dan kapitalisme pada abad ke-19. Tahun 1750-1840 di Eropa
terjadi revolusi industri yang diawali oleh Inggris, ditandai dengan perubahan
dari produksi yang dulunya dikerjakan dengan tangan manusia menjadi dikerjakan
dengan mesin-mesin (Dellier, 1999:188). Akibat dari revolusi industri ini
adalah munculnya industri besar-besaran, Lahirnya
kelompok borjuis dan buruh, urbanisasi
dan lahirnya kapitalisme modern. Dampak paling mencolok dari revolusi industri
ini adalah kesenjangan antara kaum buruh dan kaum borjuis.
Nasib mereka tidak dipedulikan oleh
majikannya, mereka harus hidup di perumahan kumuh dan mengais-ngais makanan.
Mereka diekploitasi, jam kerja mereka dalam sehari bisa lebih dari 12 jam
(Willian Ebenstein,dkk, 1990:117).
Revolusi sosial yang meletus di Inggris pada awal abad ke-19 ini
akhirnya melahirkan sebuah paham baru yang mengusahakan industri di suatu
negara tidak hanya dikuasai oleh individu tetapi juga harus ada ikut campur
dari negara sehingga lebih demokratis dan bermanfaat untuk kesejahteraan
masyarakat seluruhnya (Firdaus, 2007:268). Paham inilah yang kini dikenal
dengan sosialime.
Sosialisme muncul di Eropa sebagai
sebuah gerakan protes terhadap ekonomi kapitalis. Mereka menuntut reformasi
secara sosial dan ekonomi sehingga tidak ada lagi kelas sosial dan penguasaan
ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-individu pemilik modal.
Francois Babeuf, seorang penulis perancis abad ke-19, berpendapat bahwa semua
orang mempunyai hak yang sama pada kekayaan diatas bumi (Henry, 2002:510).
Pendapat ini memperkuat bahwa pada dasarnya tidak ada kelompok pemiliki modal
dan kelompok buruh yang terpisah dalam kelas-kelas sosial seperti yang terjadi
pasca revolusi industri. Bahkan pendaat yang lebih ekstrim dikemukakakn oleh
Henri Saint Simon yang mengusulkan penghapusan hak waris sehingga mengharuskan
setiap orang untuk bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jadi,
Sosialisme pada hakikatnya berasal dari gejolak dalam diri manusia yang melahirkan kepercayaan bahwa
segala penderitaan dan kemelaratan yang dihadapi harus diusahakan untuk
melenyapkannya (Dellier, 1999:188).
Menurut W. Surya Indra
dalam bukunya Miriam Budiarjo (1981:75) menyebutkan bahwa sosialisme adalah
ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai
sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata. George
Lansbury, melalui bukunya My England yang dikutip Willian Ebenstein (1990:220)
menyebutkan bahwa sosialisme berarti cinta kasih, kerjasama, dan persaudaraan
dalam setiap masalah kemanusiaan. Pemikiran Lansbury tentang sosialisme ini
tidak bisa dilepaskan dari kekuatan agama kristen yang telah mendarah daging di
masyarakat Eropa. Bagi masyarakat Eropa abad pertengahan, gereja adalah salah
satu vasal yang amat kaya yang menguasai banyak harta dan tanah garapan. Semua
hasil dari kekayaan gereja ini digunakan untuk memakmurkan gereja dan umat yang
bernaung dibawahnya sehingga gereja tidak memiliki musuh tetapi sekutu dan
pengikut yang setia.
Tujuan Sosialisme adalah untuk
mewujudkan masyarakat sosialis dengan jalan mengendalikan secara kolektif
sarana-sarana produksi dan memperluas tanggung jawab negara bagi
kesejahteraan rakyat. Prinsip pelaksanaannya sebagai berikut:
a)
Kebebasan individu/hak sipil dijamin dan dilindungi
oleh pemerintah.
b)
Jaminan keamanan ekonomi bagi semua warga melalui
sistem kesejahteraan.
c)
Mencapai kesamaan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi
dengan jalan peningkatan pendidikan, kebudayaan dan kebiasaan sosial.
d)
Semua keputusan ekonomi, politik, pemerintahan, dan
sosial harus mendapat persetujuan para warga melalui partisipasi mereka dengan
aktif.
e)
Semua sarana yang melayani keperluan masyarakat umum
ada ditangan Negara.
f)
Tujuan dicapai secara demokratis, berangsur-angsur,
revolusioner, etis konstitusional, dan damai.
g)
Membayar kompensasi kepada masyarakat dalam periode
peralihan menuju masyarakat persemakmuran sosial.
2.
Perkembangan Sosialisme Secara Umum
Perkembangan paham sosialisme pada
era-era selanjutnya mempunyai pola yang unik tergantung pada keadaan dimana
paham itu berkembang. Pada dasarnya sosialisme yang murni sosialisme dapat
berkembang dengan baik di negara-negara dimana tradisi lembaga liberal
berkembang dengan pesat dan memiliki pengaruh yang kuat. Pendapat ini
dikemukakan oleh Thomas Moore, seorang sosialis utopis, berdasarkan
pengamatannya pada fenomena yang ada di negara-negara kapitalis di Eropa Barat.
Sedangkan sosialisme yang berkembang di negara yang tidak mempunyai tradisi
liberal yang kuat, paham ini akan bermetamorfosa menjadi fasisme seperti yang
terjadi di Italia.
Dalam perkembangannya, banyak jenis
aliran sosialisme yang berkembang di seluruh dunia. Namun pada umumnya paham sosialisme yang berkembang itu masih
mempunyai kesamaan dalam tuntutan mereka dalam hal kepemilikan dan kontrol
bersama terhadap beberapa alat produksi tertentu yang dianggap menyangkut hajat
hiduap orang banyak. Perbedaan dari paham-paham sosialisme yang ada biasanya
menyangkut hal-hal dasar, seperti:
a)
Tingkat dan sejauh mana kepemilikan dan kontrol
bersama terhadap miliki itu dijalankan.
b)
Doktrin ideologis dan filsofis yang menjadi dasar
program-programnya,
c)
Cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan mereka (Henry,
2002:510).
Dari sekian banyak jenis sosialisme
yang berkembang, terdapat dua jenis sosialisme yang
berkembang pesat di dunia dan mewarnai perjalanan panjang sejarah
umat manusia, yaitu sosialis-demokratis dan sosialis-komunis. Perbedaan
mendasar dari keduanya adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dari
sosialisme itu sendiri, yaitu mewujudkan masyarakat sosialis. Perbedaan juga
kan tampak dari kehidupan ditempat paham itu diterapkan. Paham
sosialism-komunis pada dasarnya lebih radikal dibanding sosialism-demokratis.
Sosialisme aliran ini menggunakan metode revolusioner dan totaliter. Penganut
aliran ini memilih jalan revolusi untuk mencapai cita-cita mereka, menciptakan
masyaraat sosialistis. Pendistribusian dan konsumsi didasarkan pada kebutuhannya,
sedangkan hak milik perseorangan dalam paham ini tidak diakui. Semua dikuasai dan
hak milik atas nama negara.
Paham ini masih kuat dipengaruhi
oleh filsafat Marxis. Biasanya negara yang menganut paham ini mempunyai
pemerintahan yang otoriter seperti yang terjadi di Rusia. Paham
sosialisme-demokrasi bisa dibilang lebih halus bila dibandingkan dengan
komunisme. Paham ini menggunakan metode evolusioner dan demokratis. Untuk
mencapai tujuan mereka cenderung memilih jalur evolusi, yaitu perubahan bertahap
dalam jangka waktu tertentu. Pendistribusian hasil industri dan konsumsi
didasarkan pada kecakapan yang dimiliki oleh perorangan, sehingga kesejahteraan
ditentukan oleh usaha orang itu. Dalam masalah hak kepemilikan, perorangan
diperbolehkan mempunyai hak milik akan tetapi perusahaan dan alat industri yang
berhubungan dengan orang banyak harus menjadi hak milik negara dan dikelola
sepenuhnya oleh negara.
Bangsa-bangsa demokrasi dalam perang
dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di
seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita
kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan
Sekutu-sekutunya. Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme
muncul dari Partai Buruh mencerminkan pertumbuhan buruh dan perkembangannya
suatu proses terhadap susunan sosial yang lama. Pada awal pertumbuhan hanya
memperoleh suara (dukungan) yang kecil dalam perwakilannya di parlemen.
Selanjutnya menjadi partai yang lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas
anggota partai liberal. Banyak programnya yang berasal dari kaum
sosialis,terutama dari kelompok Febiaan berhasil memperkuat posisi partai
karena dapat memenuhi keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya
dalam bidang (1) pemerataan pendapatan (2) distribusi
pendapatan (3) pendidikan (4) perumahan.
Di Negara-negara Eropa lainnya
seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan Selandia
Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui
pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara sosialisme, maka
kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe reformasi liberal. Selama tahun
1920-an dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru
terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya: ketimpangan
ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum, menjadi
slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi Marxisme
revisionis, solidaritas kelas pekerja, dan pembentukan sosialis
yang papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat untuk memperbaiki
kekurangan system kapitalis.
Di negara-negara berkembang dalam
masalah modernisasi ekonomi, mereka tidak suka meniru apa yang dilakukan oleh
pembangunan kelompok kapitalis barat maupun komunis. Mereka menetapkan cara
masing-masing yang sesuai dengan kondisi negara masing-masing namun mengadopsi
sistem sosialism-demokratis. Dalam negara berkembang sosialisme dapat diartikan
sebagai usaha untuk mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan perdamaian
dunia yang berlandaskan hukum, dan membangun ekonomi indstri untuk meningkatkan
ekonomi dan pendidikan masyarakatnya. sedangkan di Negara berkembang sosialisme
sering berjalan dengan beban tardisi pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan
imperialism easing atau oleh penguasa setempat.Karena itu ada dugaan sosialisme
di Negara berkembang menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap praktek
otoriter dibandingkan dengan dengan yang terjadi sosialisme di Negara Barat.
Di Indonesia sampai sekarang ini
dikenal sosialisme Pancasila, yaitu persenyawaan antara sosialisme dengan
ideologi Pancasila yang terkandung dalam pasal 33 UUD 1945. Adapun arti
sosialisme Pancasila, dapat kita simak pada rancangan Pelita yang menyebutkan
sosialisme Pancasila adalah sosialisme yang bertujuan melaksanakan cita-cita
bangsa Indonesia sebagai mana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yakni:
Membentuk suatu pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan
kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kedamaian
abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian, sosialisme Pancasila tumbuh dan
berkarya berdasarkan prinsip-prinsip Pancasila. Berikut
merupakan para perintis sosialis:
a)
Robert Owen (1881-1858), Pemikirannya
tentang sosialisme dituangkan dalam buku berjudul “A View of Society, an Essay on the Formation of human Character”.
Dalam bukunya tersebut, ia menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada
pembentukan karakter manusia. Ia berusaha mencari caranya dengan meningkatkan
kesejahteraan pekerjanya.
b)
Karl Heinrich Marx (1818-1883), Ia
menciptakan sosialisme yang didasarkan atas ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan
sosialisme secara radikal. Karya Karl Marx yang terkenal adalah “Das Kapital”
yang menyatakan bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas dan
pemenang dari peperangan itu adalah kaum proletar (kaum buruh). Sosialisme pada
masa penjajahan banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi. Paham sosialisme
semakin banyak berpengaruh setelah konsep ini dijadikan sebagai salah satu
senjata menghadapi kolonialisme dan imperialisme. Di negara-negara Asia-Afrika,
banyak pemimpin yang tertarik dengan ajaran sosialisme.
c)
St. Simon (1760-1858), Dia
merupakan bapak sosialisme. Dia adalah orang pertama yang menyerukan perlunya
sarana-sarana produksi agar dimiliki sepebuhnya oleh pemerintah.
d)
Thomas Moore, Dia adalah
seorang sosialis Utopis. Menurutnya sosialisme merupakan reaksi dari
kapitalisme. Sosialisme hanya dapat mengambangkan dirinya di negara dengan
tradisi liberal yang sudah berkembang, sedangkan di negara yang tidak memiliki
tradisi ini, maka sosialisme akan berubah menjadi faisme.
3. Perkembangan Sosialisme di Indonesia
Paham sosialisme demokrat berasal
dari ideologi sosialisme di negara-negara demokrasi Barat. Sedangkan sosialisme
itu sendiri sebagai satu istilah diperkenalkan oleh Robert Owen (1771-1858)
tahun 1827, walaupun sebagai satu fenomena sudah tumbuh di Eropa sejak abad
ke-17 (Suleman, 2010:128-129). Para anggota partai buruh atau partai sosialis
di negara-negara demokrasi Barat merupakan pewaris cita-cita sosialisme utopia
ini. Paham atau ideologi yang dianut partai buruh atau partai sosialis inilah
yang disebut dengan sosialisme demokrasi atau demokrasi sosial, sedangkan
tatanan yang hendak mereka perjuangkan disebut negara kesejahteraan atau negara
kemakmuran.
Sejarah sosialisme di Indonesia
mulai dari sosialisme bukan merupakan paham baru di Indonesia, sosialisme
didasarkan pada teori Karl Marx dan Frederick Engels, tokoh-tokoh sosialisme
utopis, perkembangan sosialisme ilmiah, serta pilihan paham sosialisme untuk
Indonesia. Selain itu juga mendeskripsikan tentang pelaksanaan atau aktualisme
sosialisme Indonesia pada saat itu di dalam wujud pemerintahan Indonesia pada
jaman Soekarno. Jelas disitu bahwa berdirinya Indonesia Merdeka adalah jembatan
emas untuk selanjutnya mewujudkan cita-cita sosialisme Indonesia.
Munculnya paham sosialisme di
Indonesia ini tidak lepas dari adanya golongan sosialis dari luar negeri dalam
menancapkan sosialisme di negeri ini (dulu Hindia Belanda). Diperkirakan
sosialisme mulai berkembang di Indonesia ketika sebuah organisasi kaum sosialis
yang dibangun tahun 1914 yaitu ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda (Dekker, 1993: 33).
Organisasi ini pada awalnya merupakan kumpulan dari kaum sosialis Belanda yang
bekerja di Hindia-Belanda, dan dibentuk atas kegelisahan seorang sosialis
Belanda yang berhadapan dengan kondisi-kondisi sosial-politik Hindia Belanda
saat itu, yaitu Sneevliet atau
lengkapnya Hendricus Josephus
Franciscus Marie Sneevliet. Seneevliet adalah seorang aktivis
buruh kereta api di negeri Belanda yang datang ke Indonesia untuk mencari
pekerjaan (Lemhanas: 2005:208). Kedatangannya ke Hindia Belanda tahun 1913
telah membawanya menjadi tonggak awal dari kemunculan ide-ide Sosialisme di
Indonesia.
Gerakan sosialis yang dilakukan oleh
Sneevliet ini sebenarnya juga dipengaruhi oleh keadaan yang ada di luar negeri seperti
peristiwa di Rusia. Menurut Baars (1991:384) bahwa dalam artikel
"Kemenangan", yang merupakan teriakan gembira dari Revolusi Rusia
pada bulan Februari di surat kabar Hindia bulan Maret 1917, Henk Sneevliet,
pemimpin kelompok kecil sosialis yang tersisa di Hindia Belanda, menyebabkan
proses politik besar pertama publik di koloni.
Atas dasar itulah, membuat keinginan Sneevliet sebagai pejuang kelas di
Hindia Belanda saat itu sangat ingin untuk melakukan hal yang sama. Saat itu
ISDV mengerti betul bahwa penjajahan Belanda di Indonesia dalam bentuk
kolonialisme (pemerintahan Hindia Belanda) merupakan bagian langsung dari cara
untuk mempertahankan Kapitalisme di Eropa dan Amerika (Imperialisme).
Tetapi mereka masih berbeda
pandangan tentang apakah sudah saatnya untuk mempropagandakan ide-ide
sosialisme dan mendorong kemerdekaan pada masyarakat Hindia Belanda. Pihak yang
lebih moderat yang di kemudian hari berpecah dengan ISDV lebih menekankan pada
tugas-tugas kajian bagi kepentingan fraksi SDAP (Partai Sosial Demokrat
Belanda) di parlemen Belanda. Sneevliet akhirnya harus berkompromi, dimana
selain mempropagandakan ide-ide sosialisme dan kajian-kajian bagi kepentingan
SDAP, ISDV disepakati hanya berurusan dengan politik sebatas apa yang tidak
dilarang oleh peraturan kolonial. Namun demikian, dalam deklarasi prinsipnya
ISDV telah memasukkan prinsip “perjuangan kelas” dan makna kemerdekaan dalam
tujuan organisasinya, berbeda dari organisasi-organisasi pergerakan sebelumnya
yang lebih menekankan segi kebangsaan (seperti Boedi Oetomo atau Indische
Partij) atau keagamaan (seperti Serikat Islam).
Fraksi
Sneevliet juga mulai mempengaruhi organisasi-organisasi massa besar seperti
Insulinde dan Serikat Islam. Usaha ini dilakukan karena ISDV membutuhkan
pengikut sosialis dari kalangan pribumi untuk tampil memimpin dan
mengorganisasikan perjuangan rakyat, sebagai suatu hal yang sulit dilakukan
oleh kaum sosialis berkebangsaan Belanda. Hingga akhirnya Serikat Islam
terbukti menjadi tempat yang subur bagi pertumbuhan pemikiran sosialis di
kalangan pribumi, dan menjadikan gerakan berbasis massa yang diharapkan
Sneevliet mendapatkan sejarahnya di Indonesia.
Sedangkan, disaat
pandangan-pandangan sosialis telah mengalir deras dan meraih kepopuleran dalam
tubuh SI khususnya cabang Semarang, dan setelah peristiwa revolusi Rusia 1917
yang tersiar ke pelosok dunia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia dari yang
berpandangan nasionalis sampai Islam, dari
Tjokroaminoto sampai Soekarno, mulai ikut gandrung untuk mempelajari
karya-karya Marx dan Engels, khususnya yang berjudul Das Capital (Modal). Dan
saat itu dapat dikatakan, tidak ada pemimpin pergerakan yang menolak
tujuan-tujuan sosialisme secara umum (yang dianggap sebagai tujuan persamaan
antara sesama manusia tanpa penindasan).
Pengusungan prinsip dan tujuan
sosialisme kedalam sebuah partai politik akhirnya terjadi pada tahun 1920,
yaitu hasil dari perubahan ISDV sendiri menjadi Partai Komunis Indonesia. Dalam
komposisi ISDV yang sudah banyak memiliki anggota dari kaum buruh dan pribumi,
momentum pendirian partai bernama komunis didorong oleh dua hal. Pertama,
terbentuknya Internasional Komunis pada 1919, yang sekaligus mematenkan nama
‘komunis’ secara internasional untuk membedakan diri dari sosial-demokrat
secara internasional yang berkhianat pada perjuangan kelas, lalu menggusarkan
pemimpin ISDV atas nama ‘sosial-demokrasi’ yang disandangnya. Kedua, faksi
yang lebih moderat dalam ISDV kemudian membentuk organ terpisah yang bernama
ISDP.
Dilarangnya PKI tidak membuat
pandangan-pandangan sosialisme sama sekali hilang dari dunia pergerakan.
Prinsip-prinsip kesetaraan antar bangsa, ras, agama, maupun kedudukan sosial
(yang awalnya diterangi oleh Sosialisme), walau dijalankan dalam praktek
politik yang berbeda-beda sekaligus membingungkan, telah juga merasuk kedalam
gerakan kemerdekaan nasional hingga terwujudnya di tahun 1945. Saat itu kaum
yang menamakan diri sebagai sosialis memang telah berpencar kedalam berbagai
organisasi dan menerapkan strategi-taktik yang berbeda-beda pula dalam menyongsong
kemerdekaan nasional.
Perkembangan cita-cita sosialisme
Indonesia yaitu tentang pilihan paham untuk sosialisme Indonesia dijelaskan
bahwa sosialisme Indonesia lahir karena kondisi sosial kemiskinan rakyat
Indonesia. Menurut Roeslan Abdulgani dalam bukunya Sosialisme Indonesia (1963) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh
kaum sosial demokrat Belanda pada waktu itu juga ikut mempengaruhi perkembangan
paham sosialisme di Indonesia. Setelah itu tumbuh Partai Komunis Indonesia.
Upaya untuk membumikan sosialisme di Indonesia tidak bisa lepas dari membahas
seputar basis masyarakat Islam di Indonesia sehingga lahirlah usaha-usaha untuk
mensintesakan antara Islam dan Sosialisme itu. Lahirnya Marhaenisme sebagai
usaha mencari sintesis atas sosialisme Indonesia yang dilakukan oleh Soekarno.
Menurut Soekarno (2005:4) bahwa seorang Marhaen adalah orang yang mempunyai
alat yang sedikit. Bangsa kita yang puluhan juta jiwa yang sudah dimelaratkan,
bekerja bukan untuk orang laain dan tidak ada orang bekerja untuk dia.
Marhaenisme adalah sosialisme dalam praktek.
Untuk selanjutnya, harapan pemimpin
bangsa Indonesia saat itu yaitu Soekarno, berharap bahwa Indonesia akan menjadi
Sosialisme. Mengingat bahwa paham ini memberikan keterbukaan akan asas
kebersamaan dan kesetaraan. Dalam Aning (2005:206) disebutkan bahwa Soekarno
mengatakan sebagai berikut: “dalam tahap Nasional Demokratis ini, revolusi kita
telah menjebol nekolim dan feodalisme untuk dapat menyelenggarakan tata
kehidupan nasional yang demokratis. Sekarang kita melangkah ke tahap
selanjutnya Sosialisme Indonesia ”.
Bahkan guna memperkuat kedudukannya,
maka Presiden Soekarno mengajarkan resopim (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan
Pimpinan Nasionalis) dalam pidato memperingati hari ulang tahun RI 17 Agustus
1961. Sosialisme hanya dapat dicapai melalui revolusi yang dikendalikan oleh
satu pimpinan nasional, yaitu PBR (Pemimpin Besar Revolusi). Dengan demikian,
maka seluruh pejabat termasuk pimpinan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara
menurut diberi pangkat menteri, sehingga kedudukannya di bawah presiden (Aning,
2005:134).
Kemudian di era perkembangan
perekonomian, sosialisme juga ikut mempengaruhi adanya pemikiran-pemikiran
tentang ekonomi Indonesia, salah satunya adalah Moh. Hatta.
Menurut (Suleman, 2010:130) aliran sosialisme demokrasi ini memmilki peranan
yang penting dalam struktur pemikiran Hatta. Dalam beberapa tulisan pentingnya,
Hatta merujuk pada sosialisme Barat, khususnya prinsip perikemanusiaan, sebagai
sumber pemikiran tentang demokrasi untuk Indonesia merdeka. Tentu saja yang
dimaksud Hatta dengan sosialisme Barat adalah paham sosialisme demokrasi, bukan
sosialisme Marx (komunis) yang menghendaki perubahan secara kekerasan
(kekerasan). Perkenalan Hatta dengan paham sosialisme sudah berlangsung sejak
tahun 1920.
Menurut Harsoyo dkk (2006:12) bahwa
Hatta selain menggunakan istilah kolektivisme, Hatta juga menggunkan istilah
sosialisme untuk mengungkapkan hal yang sama tentang masyarakat yang ada dalam
idealismenya. Sungguh pun usaha ekonomi masih bisa dikelompokkan dalam tiga
cabang besar yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi seperti halnya dalam
masyarakat kapitalis, tetapi kelas manusia hilang dalam masyrakat sosialisme.
Dalam masyarakaat sosialisme yang ada adalah pembagian fungsi pekerjaan.
Diilustrasikan oleh Hatta, dalam masyarakat sosialis pekerjaan saudagar tetap
ada, tetapi saudagar yang mencari keuntungan hanya untuk dirinya sendiri sudah
tidak ada lagi dalam masyarakat tersebut. Tampak sekali dalam pemikiran Hatta
insentif moral begitu penting peranannya dalam masyarakat. Insentif ekonomi
yang berwujud keuntungan usaha tidaklah cukup. Menurut
pandangan Sri Edi Swasono (dalam Haryoso dkk, 2006: 12-13), sosialisme
Indonesia menurut Hatta dicirikan oleh 3 hal:
a)
Sosialisme muncul karena golongan etik agama yang
menghendaki adanya persaudaraan dan tolong-menolong antar sesama. Rasa keadilan
menggerakkan jiwa untuk berontak terhadap kesengsaraan hidup dan terhadap
ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Visi kerajaan Allah dihadirkan dalam
dalam hidup masyarakat, supaya manusia hidup dalam suasana sayang menyayangi,
persaudaraan, dan bersikap adil. Dengan
demikian sosialisme di Indonesia tidak mendasarkaan pada pandangan materialisme
dialektik dari Marxisme.
b)
Sosialisme Indonesia merupakan ekspresi dari jiwa
berontak bangsa Indonesia yang memperoleh perlakuan yang sangat tidak adil dari
penjajah. Sosialisme tumbuh dan sekaligus menjiwai pergerakan menuju
kemerdekaan Indonesia.
c)
Hatta yang kurang menerima pandangan Marxisme, mencari
sumber-sumber sosialisme dalam masyarakat Indonesia sendiri. Hatta menegaskan
bahwa dasar-dasar sosialisme Indonesia terdapat pada masyarakat desa yang
kecil, yang bercorak kolektif, yang sedikit-sedikit banyaknya masih bertahan
sampai sekarang.
Sebenarnya, dalam negara kita ini,
yang berdasarkan sosialisme tidak begitu sukar mencari dasar-dasar tempat
membandingkan masalah-masalah detail yang merupakan berbagai kesulitan dalam
cara melaksanakannya. Pertama, ada pancasila yang menjadi pedoman pokok bagi
kita untuk membangun negara dan masyarakat. Yang sangat disesalkan sampai
sekarang ialah bahwa Pancasila ini dalam kebanyakan hal hanya diamalkan sebagai
lip-service saja, tidak ditanam di
dalam jiwa (Isei, 2005: 128).
Undang-undang dasar negara kita
sudah dari semulanya berdasarkan kolektivisme, bedasarkan sosialisme Indonesia.
Ketentuan-ketentuan ini menjadi pedoman pula bagi orang-orang atau badan
politik yang menentukan politik perekonomian dan bagi pegawai pelaksana yang
tugasnya mengerjakan. Apabila dijalankan sungguh-sungguh, tujuan sosialisme
yang terdekat aakan tercaapai, yaitu rakyat Indonesia terlepas dari
kesengsaraan hidup dan tiap-tiap orang terjamin penghidupannya.
4.
Dampak
Sosialisme di Indonesia
Setiap pemikiran besar akan mempengruhi
seluruh aspek kehidupan manusia, seperti halnya kapitalisme, nasionalisme,
sosialisme, dll. Sosialisme di kenal setelah terjadinya revolusi Prancis di
Prancis. Sosialisme atau sosialism
memiliki arti kemasyarakatan. Pemikiran mengenai soialisme ini sendiri membawa
dampak yang besar di dunia dalam menghapuskan pemikiran mengenai kapitalisme di
beberapa negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri dampak adanya
pemikiran terjadi tidak hanya dalam aspek politik, tetapi juga aspek ekonomi
dan sosial. Menurut Soekarno (dalam Lemhanas, 2005:208) menjelaskan bahwa
sosio-nasionalisme adalah nasionalisme dalam politik dan ekonomi. Yaitu negara
yang di dalamnya
tiada eksploitasi manusia oleh manusia, tiada eksploitasi pula manusia oleh
negara, tiada kaapitalisme, tiada kemiskinan, tiada perbudakan, tiada wanita
yang setengah mati sengsara karena memikul beban yang dobel.
Dalam suatu negara yang menggunakan
paham sosialis sebagai ideologinya, maka apapun yang dilakukan baik aspek
ekonomi, politik, sosial,dll harus untuk kepentingan bersama terutama untuk
rakyat. Sebab sosialisme ialah suatu pemikiran yang digunakan untuk menghapus
kelas-kelas sosial dan sosialisme ini dalam menjalankan kehidupanya digunakan
untuk kepentingan bersama. Artinya sumber daya alam, sarana-prasarana yang ada
di suatu negara bisa digunakan oleh sisapa saja tanpa memandang kelas.
Di Indonesia sendiri, dalam bidang
politik misalnya dapat kita ketahui pasca Kemerdekaan RI terbentuk partai yang
berideologi sosialis. Partai tersebut bernama Partai Sosialis Indonesia (PSI)
yang dibentuk dan diketuai oleh Sutan Syahrir. Awalnya partai ini merupakan
gabungan dari Partai Sosialis yang diketuai oleh Amir Syarifudin dan Partai
Rakyat Sosialis yang di dirikan oleh Amir Syarifudin kemudian membentuk Partai
Sosialis pada tahun 1945. Setelah itu terjadilah perpecahan antara kelompok
Amir Syarifudin Hingga terbentuklah partai baru yakni Partai Sosialis Indonesia
yang dididrikan oleh Sutan Syahrir. Sebenarnya partai ini sama-sama
berideologikan sosialis yaitu segala bentuk tindakanya berdasarkan kepentingan
bersama.
Dalam Manifesto Politik RI, Soekarno
berpendapat bahwa masa depan Revolusi indonesia ialah bukan Kpitalisme atau
Feodalisme melainkan Sosialisme. Artinya dalam kehidupan masyarakat Indonesia
harus adil dan makmur seperti yang ada dalam tujuan ideologi sosialis. Oleh
sebab itu, dari pendapat Soekarno tersebut juga ada dalam Pancasila Sila ke-5
yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Masyarakat Indonesia. Dari Sila ke-5
tersebut kita juga tahu bahwa ada unsur paham sosialisme. Dalam artian saat
merumuskan sila-sila dalam pancasila tersebut paham sosialisme telah digunakan
dalam memikirkan sila-sila Pancasila.
Sebenarnya antara Sosialisme dan
Demokrasi juga tidak dapat dipisahkan. Sosialisme dan Demokrasi sama-sama
bertujuan segala bentuk aspek kehidupan berdasarkan untuk rayat, adil dan
makmur. Oleh sebab itu Sistem pemerintahan di Indonesia sendiri pernah menggunakan
Sistem Pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin disebut juga
demokrasi terbuka yang artinya dalam hal memilih seorang pemimpin harus adil,
terbuka, dan bebas. Adanya sifat yang adil dalam Demokrasi Terpimpin ini
merupakan wujud dari pemikiran Sosialisme. Selin itu, dalam era moderen ini,
munculnya partai Demokrat juga merupakan dampak dari adanya paham Sosialisme.
Dalam bidang sosial sendiri, dengan
adanya pemikiran mengenai Sosialisme, berdampak besar pula bagi kehidupan
masyarakat Indonesia. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang saling gotong
royong misalnya juga berakar pada pemikiran sosialisme. Selain itu masyarakat
di Indonesia juga tidak mengenal kelas-kelas sosial yang mencolok seperti di
negara-negara yang menganut paham kapitalisme. Hal ini terbukti bahwa semua
masyarakat boleh mengenyam pendidikan tanpa membedakan kelas sosialnya. Di
dalam sekolah-sekolah itu juga tidak dibedakan mana kelas untuk orang kalangan
atas, menengah atau bawah, semuanya sama menggunakan seragam yang sama dan
mendapat perlakuan yang sama. Dalam menggunakan sarana dan prasarana yang
disediakan oleh pemerintah juga dapat digunakan oleh semua masyarakat. Tidak
ada transportasi umum, rumah sakit, tempat ibadah,dll untuk kalangan-kalangan
tertentu, semuanya diberlakukan sama. Selain itu di dalam pasal pada UUD 1945
juga dijelaskan bahwa setiap individu berhak untuk diberi kebebasan dalam
bebicara, berkumpul,beragama,dll.
Sedangkan dalam bidang ekonomi, Individu
boleh memiliki harta kekayaan pribadi, seperti halnya Indonesia kecuali
perusahaan-perusahaan besar dikelola oleh Negara seperti perusahaan listrik,
air minum,dll. Selain itu dalam ekonomi sosialis segala bentuk perekonomian
diperuntukkan untuk rakyat. Undang-undang dasar negara kita sudah dari
semulanya berdasarkan kolektivisme, bedasarkan sosialisme Indonesia.
Ketentuan-ketentuan ini menjadi pedoman pula bagi orang-orang atau badan
politik yang menentukan politik perekonomian dan bagi pegawai pelaksana yang
tugasnya mengerjakan.
Apabila dijalankan sungguh-sungguh,
tujun sosialisme yang terdekat aakan tercaapai, yaitu rakyat Indonesia terlepas
dari kesengsaraan hidup dan tiap-tiap orang terjamin penghidupannya (Isei,
2005:128). Di Indonesia sendiri, baik penanam modal di Indonesia, baik
pengusaha dalam maupun luar negeri diatur oleh negara dalam menjalankanya.
Sehingga mereka tidak berjalan secara pribadi. Kemudian dalam pasal 33 UUD 1945
juga diatur mengenai Sumber Daya Alam (SDA) merupakan milik bersama. Dari pasal
tersebut terdapat unsur pemikiran Sosialisme. Jadi Sosialisme sangat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan Bangsa Indonesia.
Dengan pelaksanaan sistem sosialis di Indonesia, saya kurang setuju karena Sosialisme
adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat
menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata
(W.Surya Indra, 1979: 309). Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas
dengan istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti
politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik
Komunis (1848). Pada akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20, setelah imperialisme Belanda dengan segala kekerasan dan kekejaman
menindas perlawanan-perlawanan bersenjata rakyat kita, maka kemiskinan dan
kemelaratan sangat merajalela, mendalam dan merata dikalangan Rakyat Indonesia.
Dalam keadaan demikian inilah kita menjumpai tumbuhnya dikalangan kaum tani di
Jawa Tengah dan Jawa Timur (Bojonegoro, Ngawi, Rembang, Grobogan, Pati, Kudus,
dll) Saminisme adalah ajaran yang disebarkan oleh Kyai Samin alias Soerantiko,
seorang petani di Blora. Walaupun ajaran Saminisme itu lebih banyak mengenai
etika, tetapi dalam pandangan sosialnya terdapat fikiran-fikiran yang maju,
yang oleh penjajah dipandang sangat membahayakan kedudukannya, misalnya, mereka
berpendapat diantara manusia sesamanya adalah saudara, tiada hubungan saling
menindas dan saling menghisap, melainkan saling bantu dan saling hormat,
pendeknya gotong royong. Mereka juga berpendapat
bahwa bumi dan alam adalah milik bersama, setiap orang berhak melakukan
usaha-usahanya diatas buminya sendiri dan memiliki hasil kerjasamanya sendiri.
Berdasarkan fikiran inilah mereka
menolak membayar pajak kepada pemerintah kolonial. Bentuk perlawanan Rakyat
Indonesia secara “damai” inipun ditindas oleh kaum penjajah dengan kekerasan, beberapa
pemimpin kaum Samin ditangkap dan dibuang ketempat pengasingan. Dengan
tumbuhnya gerakan nasional yang dipelopori oleh klas buruh Indonesia, maka
gerakan kaum Samin mengalami masa surutnya dan kini hanya merupakan suatu sekte
ajaran kebatinan. Bersamaan dengan tumbuhnya gerakan
klas buruh Indonesia sebagai akibat langsung dari pertumbuhan imperialisme
dinegeri kita pada awal abad ke-20, maka tumbuhlah ajaran dan cita-cita
Sosialisme ilmiah Marx dibumi Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2012. Sosialisme.
[serial online]
Anonim. 2014. Sosialisme.
[serial online]
Anonim. 2012. Cita-cita
Sosialistis Indonesia. [serial online]
http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20120412/cita-cita-sosialistis-indonesia.html#ixzz3GSlXm2bl. [diakses pada tanggal 18 Oktober 2014]
Aning,
Floriberta. 2005. 100 Tokoh Yang Mengubah
Indonesia: Biografi Singkat Seratus
Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia Di Abad 20. Yogyakarta:
Narasi.
Dellier Noer. 1999. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Bandung: Mizan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar